REPUBLIKA.CO.ID, Kualitas makanan yang harus dijaga dalam konsumsi selama bulan puasa, tidak terkait sama sekali dengan pengeluaran finansial yang berlebihan dalam belanja di bulan Ramadhan. Bulan puasa, justru bisa dijadikan sebagai momentum gerakan hidup hemat bagi masyarakat.
Pakar kesehatan, Dr Brilliantono M Soenarwo, dalam bincang sehat di acara Republika Fair 2012 mengungkapkan, kunci cerdas dalam mengusung gerakan hemat di bulan Ramadhan ialah dengan dua cara, yakni tidak berlebihan dalam makan, dan kemudian apik dalam menghidangkan sajian.
Brilliantono mengungkapkan, kualitas makanan bergizi serta pola makanan yang dilakukan selama bulan puasa, justru dapat merangsang umat muslim untuk melakukan gerakan hidup sehat. "Banyak sekarang yang beranggapan bahwa, makanan berbuka puasa harus yang wah, dan terkadang berlebihan. Justru itu yang keliru," ungkapnya, Selasa (24/7).
Melihat kecenderungan pola puasa masyarakat pada umumnya yang ingin "serba cepat" dalam berbuka, diungkapkan Brilliantono, penuh kekeliruan. Menurutnya, makanan cepat saji ataupun sajian makanan yang dibeli di luar, tidak hanya membuat boros pengeluaran, melainkan juga berpengaruh pada kecenderungan gizi yang tidak baik.
Menurutnya, pola makan dalam bulan puasa baik bersumber dari apa yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW. "Nabi Muhammad berbuka dengan kurma yang masih muda, secara medis, justru itu yang baik untuk kesehatan," tambahnya. Dia mengatakan, makanan yang dikonsumsi harus baik, jauh dari mudharat karena pemborosan, tapi juga baik soal gizi.
Tips yang disampaikan Brilliantono pada bincang sehat tersebut, pada saat sahur, kurangi minum kopi atau teh, karena bisa memancing air seni untuk terus berproduksi. "Mengeluarkan air seni secara terus menerus, juga tidak baik dalam kondisi berpuasa," tegasnya. Menurutnya, kedua jenis minuman tersebut, baiknya dikonsumsi saat berbuka puasa.