REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Dunia gagal melindungi anak-anak Suriah, yang terancam mengalami "kehidupan sulit" seiring dengan keberlanjutan konflik dan kehilangan hak mereka untuk hidup damai, kata pengamat Inggris pada Senin (23/7) waktu setempat.
Dalam laporannya, "Suriah: Pengaruh Perang pada Anak-Anak", Organisasi War Child, yang berkantor pusat di Inggris, menuduh pasukan pemerintah Suriah dan oposisi gagal melindungi anak-anak selama konflik mematikan itu, yang telah berlangsung 16 bulan.
"Perlakuan terhadap anak-anak tidak dapat disangkal lagi, buruk. Anak-anak dan remaja telah dibantai, ditahan secara ilegal, mengalami penganiayaan seksual, diminta turut dalam pertempuran, diculik dan disiksa, tidak mendapatkan akses kepada pendidikan dan bantuan kemanusiaan, serta secara terbuka menjadi sasaran aksi kekerasan," demikian menurut laporan tersebut.
Laporan itu mengkritisi "kurangnya persatuan di tingkat internasional" dan mengatakan bahwa jumlah anak yang terbunuh dalam konflik itu "meningkat secara signifikan" sejak rencana perdamaian yang didukung PBB disetujui oleh Suriah.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia memperkirakan sekitar 1.200 anak telah terbunuh dalam konflik yang telah berlangsung selama lebih kurang 15 bulan. Badan PBB urusan anak-anak, UNICEF, pada Febuari mengatakan bahwa ratusan anak-anak telah ditahan dan laporan menyebutkan bahwa mereka mengalami penyiksaan dan penganiayaan seksual.
"Kita gagal melindungi anak-anak Suriah. Kita tidak boleh terus gagal melindungi mereka di masa depan," kata Pimpinan Eksekutif War Child, Rob Williams.