Kamis 26 Jul 2012 00:07 WIB

Jenderal Israel Menolak Opsi Militer ke Suriah

Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal, Benny Gantz.
Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal, Benny Gantz.

REPUBLIKA.CO.ID, Krisis yang belakangan ini terjadi tidak hanya didominasi aksi kekerasan, yang terjadi hampir di beberapa wilayah Suriah, melainkan juga bergeser pada adanya dugaan penggunaan senjata kimia oleh rezim Presiden Bashar Al Assad.

Terkait hal itu, beberapa negara Barat membuka kemungkinan untuk melakukan intervensi militer di Suriah. Salah satu negara yang getol ingin melakukan hal tersebut adalah Israel.

Namun, langkah negeri Yahudi tersebut mendapat pertentangan dari pejabat militernya sendiri. Adalah Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal (Letjen) Benny Gantz yang menentang langkah itu. Ia mengatakan, bahwa rezim Israel akan menghadapi konflik berskala besar jika melakukan intervensi militer (serangan).

"Kita perlu untuk mempertimbangkan apa yang akan tetap kita miliki setelah bertindak dan apa yang akan hilang dari tangan kita," katanya kepada parlemen Israel, Selasa (24/7).

Gantz juga menyatakan bahwa tentara Suriah menjaga senjata tersebut dan telah meningkatkan keamanan senjata tersebut. Pernyataan itu disampaikan dia beberapa hari setelah Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak yang mengatakan bahwa Israel mungkin akan menyerang Suriah jika negara Arab itu mentransfer senjata pemusnah massal ke Lebanon.

"Saya sudah menginstruksikan militer untuk meningkatkan persiapan intelijen dan mempersiapkan apa yang dibutuhkan sehingga (jika diperlukan) kita akan meluncurkan operasi militer," bebernya.

Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Suriah, Jihad Makdissi mengatakan kepada wartawan di Damaskus pada 23 Juli bahwa Suriah tidak akan menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil, dan hanya akan menggunakannya jika terjadi agresi eksternal.

Rezim Israel sedang mencoba untuk membuka jalan untuk melakukan serangan terhadap Suriah dengan memanfaatkan alasan bahwa senjata kimia di negara Arab mungkin jatuh ke tangan lainnya.

Pada tahun 2003, Amerika Serikat menyerang Irak dengan dalih bahwa Baghdad memiliki senjata pemusnah massal (WMD). Namun, tidak ada WMD yang pernah ditemukan di Irak setelah invasi AS ke negara itu.

sumber : IslamTimes
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement