REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta komitmen pengusaha importir kedelai agar dapat menurunkan harga saat pembebasan bea masuk impor diberlakukan.
"Menyeru ke dunia usaha, importir, marilah kita bekerja sama dengan baik dengan negara kita, kalau sudah dibebaskan bea masuknya, satuan pada konsumen akhir bisa dijangkau oleh rakyat kita," kata Presiden saat memberikan pengantar rapat kabinet paripurna di Kantornya, Jakarta, Kamis.
Presiden mengatakan, penghapusan bea impor kedelai lima persen tersebut merupakan kebijakan jangka pendek yang dapat diambil saat ini untuk menekan harga.
Kebijakan ini juga tidak akan mampu menurunkan secara cepat harga kedelai karena masih tingginya harga kedelai di luar negeri terutama Amerika akibat kekeringan yang terjadi di kawasan tersebut.
Dari kebutuhan 2,2 juta ton kedelai, pasokan dari dalam negeri hanya 800 ribu - 850 ribu ton saja, sedangkan siasanya impor, terutama dari Amerika.
Untuk itu, ke depan, Presiden meminta dalam jangka menengah dan panjang, produksi kedelai ditingkatkan dengan perluasan lahan tanam dan peningkatan produktivitas.
Untuk itu, ia meminta BUMN -BUMN yang bergerak di bidang komoditas pangan guna meningkatkan produksi dan produktivitas.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, tingginya harga kedelai dunia saat ini membuat kebijakan pengurangan bea impor menjadi nol persen tidak bisa menekan harga dengan signifikan dalam waktu singkat.
"Pergerakan harga sudah dari 280 dolar AS per ton, jadi di atas 700 dolar AS per ton dalam waktu terakhir. Menurunkan lima persen dari 700 dolar AS per ton itu berpengaruh, tapi itu tidak secara signifikan," katanya