Jumat 27 Jul 2012 15:20 WIB

Petani Hanya Iseng Saja saat Menanam Kedelai?

Petani panen kedelai
Petani panen kedelai

REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU--Pola tanam petani yang tidak memilih kedelai sebagai tanaman utama menjadi salah satu penyebab rendahnya produksi kedelai lokal, terutama di Provinsi Riau.

"Petani hanya memanfaatkan musim 'gaduh' ketika ingin menanam kedelai," kata Kepala Dinas Pertanian Riau, Basriman, kepada wartawan di Pekanbaru, Jumat.

Ia menjelaskan, musim gaduh artinya petani hanya menanam kedelai setelah panen padi dan saat mau kembali menanam padi, yakni pada bulan Mei hingga Agustus. "Kalau boleh dikatakan hanya iseng saja," katanya.

Menurut dia, kondisi itu malah dibiarkan pemerintah pusat padahal kebutuhan kedelai untuk industri sangat besar. Kebijakan pemerintah kini justru malah melakukan pembebasan bea impor kedelai saat harga kedelai impor melambung.

Akibatnya, kedelai impor jadi lebih murah dibandingkan kedelai dalam negeri yang membuat petani kedelai enggan menanam, apalagi mutu kedelai lokal belum mampu bersaing dengan barang impor.

Ia mengatakan petani lokal di Riau hanya mampu memenuhi kebutuhan kedelai sekitar lima persen. Artinya sekitar 95 persen lagi masih diimpor dari luar negeri, terutama dari Malaysia dan Amerika Serikat.

Daerah penghasil kedelai di Riau antara lain Kabupaten Indragiri Hilir, Rokan Hilir dan Rokan Hulu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, produksi kedelai pada tahun 2011 di Riau mencapai 7.100 ton biji kering atau naik 21,78 persen. Peningkatan disebabkan naiknya luas penen yakni mencapai 1.173 hektare atau 22,33 persen.

Namun, pada 2012, BPS melalui angka ramalan I (Aram I) memperkirakan produksi tahu ini hanya mencapai 5.259 ton biji kering atau turun 25,93 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penyebabnya ialah turunnya luas panen sebesar 1.784 hektare atau 27,77 persen dibandingkan luas panen 2011.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement