REPUBLIKA.CO.ID,BENGKULU--Sebanyak 123 pembuat dan penjual tempe dan tahu di Kota Bengkulu mengancam mogok berproduksi dan berjualan, untuk memprotes kenaikan harga kedelai yang sangat tinggi.
"Harga kedelai impor di Kota Bengkulu saat ini bertahan pada harga Rp8.200, dari sebelumnya Rp6.400 per kilogram," kata Koordinator Utama Persatuan Pedagang Tempe Tahu Kota Bengkulu Budi Sutiono, Sabtu.
Ia mengatakan akibat kenaikan harga kedelai impor tersebut, berdampak besar pada kelanjutan usah mereka bahkan hingga saat ini sudah lima pembuat tempe gulung tikar.
"Kami akan mogok berproduksi dan berjualan di pasar pada Senin dan Selasa(30-31 Juli), dengan harapan pemerintah bisa menormalkan kembali harga kacang kedelai impor tersebut," ujarnya.
Selama melakukan aksi tersebut akan ditunjuk satgas untuk sweeping ke pasar,jika ditemukan masih ada yang berjualan tempe-tahu, maka akan diangkut oleh para satgas tersebut.
"Selain itu, para pembuat tahu-tempe juga mengurani tenaga kerja karena tidak sanggup lagi membayar upah pegawai tersebut," ujarnya.
Selama ini, pihaknya sudah berupaya mengatasi kenaikan harga kacang kedelai impor tersebut dengan memperkecil ukuran, namun hal itu tidak juga bisa membuat penghasilan mereka tetap normal seperti sebelumnya.
Selama ini, kacang kedelai impor tersebut mereka beli dari Provinsi Lampung dan Jakarta.
Untuk beralih pada kedelai lokal tidak memungkinkan karena pasokan kedelai lokal masih minim,agak sulit dalam proses pengolahannya dan warna tempe yang dihasilkan kurang menarik.
Pembuat tahu tempe lainnya, Selamat mengatakan, apabila aksi demo ratusan pedagang dan pembuat tahu-tempe benar-benar terjadi, dipastikan sekitar 12,5 ton produksi setiap hari akan menghilang dari pasaran.
Lokasi pasar yang akan distop penjualan tahu-tempe di Kota Bengkulu antara lain Pasar Minggu, Pasar Panorama, Pasar Pagar Dewa dan Pasar Pematang. "Kami berharap pemerintah provinsi dan PemerintahKota Bengkulu memberi perhatian, serta merespon aksi itu. Jika tidak, kami dan rekan-rekan akan turun ke jalan," katanya.