Senin 30 Jul 2012 07:22 WIB

Ensiklopedi Islam: Tradisi Sahur (1)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
  Sekelompok pemuda membawa beduk dengan gerobak ketika membangunkan warga saat waktu makan sahur di Kampung Kamalake, Desa Panggungjati, Kecamatan Taktakan, Serang, Banten.
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Sekelompok pemuda membawa beduk dengan gerobak ketika membangunkan warga saat waktu makan sahur di Kampung Kamalake, Desa Panggungjati, Kecamatan Taktakan, Serang, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, Selain tradisi berbagi hidangan berbuka dan sahur, ada satu lagi kebiasan istimewa dan khas Ramadhan. Kegiatan itu ialah membangunkan umat Islam untuk melaksanakan ibadah sahur.

Aktivitas ini di Tanah Air dikenal dengan berbagai sebutan, salah satunya ialah Grebek Sahur. Baik yang dilakukan oleh perseorangan ataupun berkelompok.

Kebanyakan, dilakukan secara sukarela. Tanpa ada pungutan biaya. Seperti apakah tradisi itu tumbuh dan berkembang di dunia Islam?

Prof Hindun Badari dalam makalahnya yang berjudul Al-Mushirati min Duqqat At-Thabul ila Al-Insyad wa Al-Aghani, mengemukakan seluk-beluk dan asal-muasal tradisi tersebut. Aktivitas yang pada mulanya dilakukan secara sukarela tersebut dikenal dengan berbagai sebutan.

Di Arab Saudi, pelakunya dijuluki Az-Zamzami, di Kuwait disebut Abu Thubailah, dan di Mesir akrab dikenal dengan Al-Mushirati. Mereka memiliki gaya, media, dan yel-yel yang berbeda-beda sesuai dengan tabiat tiap-tiap negara.

Ada yang membawa anak mereka ikut serta. Sebagiannya dibekali daftar nama masing-masing penduduk. Mereka berkeliling dan mengetuk tiap pintu. Ada pula yang sekadar membawa alat musik seperti gendang. Mereka memainkannya disertai dengan lagu-lagu bernada sederhana. Liriknya, berisikan ajakan dan seruan bangun sahur.

Kapankah tradisi ini muncul? Hindun menjelaskan, cikal bakal aktivitas membangunkan sahur itu telah ada sejak zaman Rasulullah. Ketika itu, azan yang dikumandangkan oleh Bilal bin Rabah menjadi penanda waktu berbuka.

Sedangkan waktu sahur, patokannya ialah azan Abdullah bin Ummi Maktum. Ini yang melatarbelakangi hadis Rasulullah, “Sesungguhnya Bilal azan menjelang malam, maka makan dan minumlah hingga mendengar azan Ibnu Ummi Maktum.”

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement