REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Pekerjaan Umum, sedikitnya 2004 Desa di Indonesia mengalami kekeringan. Jumlah itu berasal dari 277 Kabupaten/ Kota di Indonesia. Kekeringan paling banyak terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan melanda 439 Desa.
Menurut Direktur Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Dany Sutjiono, wilayah NTT terparah karena sebagian besar terdiri dari pulau-pulau kecil. Setidaknya, 566 pulau ada di wilayah NTT.
Daratan NTT, ungkap Dany, juga kesulitan dengan sumber air, sehingga tak sekadar butuh kapal pengangkut air untuk mengantisipasi kekeringan di NTT. "Untuk NTT, kita siapkan Kapal Tangki RO (Reverse Osmosis)," kata dia beberapa waktu lalu di Jakarta.
Kapal RO merupakan kapal pengangkut air yang telah dilengkapi teknologi penjernih air reverse osmosi (RO). Kapal tersebut memang disiapkan untuk mengantisipasi kekeringan di NTT. Sebab, kapal dapat segera mengolah air laut dan mendistribusikannya langsung ke pulau-pulau yang membutuhkan air.
Menurut Dany, kapal Tangki RO ini akan melayani kebutuhan air di Pulau Batek Kabupaten Kupang, Pulau Dana ddi Kabupaten Rote Ndao. Kapasitas produksinya ialah 1 liter/detik. Air yang diproduksi kapal Tangki RO akan dijual seharga Rp. 12 ribu/ m3. Harga itu, jauh lebih murah dibandingkan jika masyarakat membeli air di pulau lain. "Setidaknya untuk air bersih di Pulau lain menghabiskan minimal 50 ribu," tambah dia.