Benih Kebencian yang Tersemai di Balkan
Setelah terbentuknya Yugoslavia, benih kebencian antara etnis Serbia dan etnis Albania di Kosovo terus tumbuh seperti kecambah.
Hubungan kedua etnis kian memanas ketika pada 1921, warga etnis Albania di Kosovo meminta Liga Nasional untuk bergabung dengan Albania pada 1921.
Mereka menguak fakta bahwa selama 1918 hingga 1921, Serbia telah membantai 12 ribu etnis Albania. Sekitar 22 ribu orang dipenjara Serbia. Namun, permintaan rakyat Kosovo untuk bergabung dengan Albania tak digubris Liga Nasional.
Ketika Perang Dunia II meletus, Albania dikuasai Italia pada 1939. Jerman menguasai Yugoslavia meliputi Serbia serta Macedonia. Saat itu, Kosovo dikuasai oleh etnis Albania, namun wilayah pertambangan yang penting masih dikuasai Jerman. Ketika itu, 100 ribu etnis Albania kembali berdatangan ke Kosovo dan membuat etnis Serbia tersinggkir.
Pasca-Perang Dunia II, Yugoslavia menjanjikan otonomi khusus kepada Kosovo. Namun, janji itu tak terbukti. Pada 1946, konstitusi tak menjamin adanya otonomi khusus bagi Kosovo. Pada tahun 1967, Presiden Yugoslavia, Josip Bros Tito, untuk pertama kalinya berkunjung ke Kosovo. Dia mendesak pemimpin Serbia menyingkir dari Kosovo.
Kebijakan Tito itu membangkitkan nasionalisme etnis Albani di Kosovo. Jumlah etnis Kosovo pun semakin bertambah dari 67 persen menjadi 74 persen. Pada tahun 1981, jumlah etnis Albani di Kosovo bertambah menjadi 77 persen menyusul hengkangnya 100 ribu etnis Serbia. Sepeninggal Tito, etnis Albania seperti anak ayam kehilangan induknya.
Gerakan dan tuntutan kemerdekaan Kosovo pun terus disuarakan etnis Albania. Upaya pertama untuk memerdekakan diri pada tahun 1990 gagal, karena diserbu Serbia. Pertarungan yang tidak seimbang antara Serbia dengan gerilyawan Kosovo atau KLA ini menimbulkan tragedi pembantaian dan pengungsian besar-besaran.
Pada perang 1998-1999, tentara Serbia membantai tak kurang dari 10 ribu etnis Albania yang dianggap mendukung kemerdekaan Kosovo. NATO yang dipimpin oleh Amerika Serikat mengusir Serbia dengan serangan udara selama 78 hari.
Kosovo kemudian berada dibawah perlindungan PBB dan NATO. Usaha kemerdekaan Kosovo kali ini mendapat dukungan hampir sepertiga negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Sedangkan negara yang menolaknya adalah Serbia dan Rusia.