Selasa 31 Jul 2012 18:54 WIB

Kemenperin Janjikan Bantuan 2.000 Panci Perebus Kedelai

Red: Taufik Rachman
Perajin tahu
Foto: adi wicaksono
Perajin tahu

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kementerian Perindustrian akan menyumbang sebanyak 2000 panci perebus kedelai sebagai bentuk kepedulian pemerintah kepada perajin tahu dan tempe yang akan direalisasikan pada 2013.

"Selama ini sebagian besar perajin tahu dan tempe menggunakan drum-drum bekas minyak tanah dan oli sebagai alat perebus kedelai," kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah pada pembukaan Pameran "Produk Busana Muslim" di Jakarta, Selasa.

Euis mengatakan sumbangan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas tempe dan tahu Indonesia agar bisa bersaing di pasar global. "Kita ini sudah 'menepuk dada' kalau tempe dan tahu asli Indonesia tetapi peralatannya masih tidak layak," katanya.

Dia menjelaskan pihaknya sedang merevisi anggaran untuk panci tersebut sebesar Rp 100 juta yang diambil dari anggaran belanja mesin. "Mudah-mudahan dua bulan ke depan kami sudah bisa luncurkan anggaran tersebut ," katanya.

Dia menjelaskan pihaknya bekerja sama dengan Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakopti) dan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) untuk menyerahkan 2000 panci tersebut kepada 30 perajin tahu dan tempe di seluruh Indonesia.

Bantuan tersebut terkait kenaikan harga kedelai yang dinilai belum terpecahkan hingga saat ini, termasuk pembebasan bea impor kedelai dari 5 persen menjadi 0 persen yang masih dinilai kurang efektif.

"Sistem perdagangan kita masih belum jelas membaca indikator naik turunnya harga. Seharusnya jika bea diturunkan, harga langsung turun," katanya.

Dia juga menjelaskan "buffer stock" (cadangan penyangga -red) dan peran bulog dapat membantu menahan harga pada posisi stabil.

"Harga tahu dan tempe ini seringnya naik tiba-tiba, jadi butuh penyangga untuk menentukan harga yang ideal," katanya.

Euis mengaku pihaknya tidak menyalahkan ataupun mendukung kartel yang berperan terhadap kenaikan harga kedelai tersebut.

"Keberadaan mereka cenderung dibiarkan karena hanya kartel-kartel itu yang mampu mengimpor minimal kargo 80 ribu ton karena baik koperasi maupun bulog belum mampu mengimpor sebanyak itu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement