Jumat 03 Aug 2012 05:18 WIB

Kecewa pada Suriah dan PBB, Kofi Annan Mundur

Kofi Annan
Foto: AFP
Kofi Annan

REPUBLIKA.CO.ID, Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan, Kofi Annan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai utusan PBB dan Liga Arab untuk perdamaian Suriah.

Pengumuman pengunduran diri Annan mulai akhir bulan ini disampaikan oleh Sekretaris-Jenderal PBB Ban Ki-moon. Ban, yang mengatakan ia membuat pengumuman itu dengan “penyesalan mendalam” menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada Annan atas cara Annan menggunakan keterampilan dan prestasinya untuk menjalankan tugas tersulit ini. Sekjen Ban mengatakan ia kini berkonsultasi dengan Liga Arab mengenai pengangkatan segera seorang pengganti. 

Annan, Sekjen PBB tahun 1997 sampai 2006 itu, ditunjuk sebagai utusan damai untuk Suriah pada bulan Februari. Ia menyiapkan rencana perdamaian enam pasal, di antaranya, mengimbau proses politik pimpinan Suriah untuk membahas aspirasi sah rakyat Suriah, dan juga gencatan senjata yang diawasi PBB. Namun rencana itu tidak pernah diterapkan sepenuhnya. Dalam konferensi pers di Jenewa, Annan mengatakan keprihatinan utamanya adalah kesejahteraan rakyat Suriah.

“Peningkatan militerisasi di lapangan dan tidak adanya persatuan yang jelas dalam Dewan Keamanan, mengubah secara mendasar keadaan untuk melaksanakan secara efektif peran saya. Namun pertumpahan darah terus berlanjut karena sikap keras kepala dan penolakan pemerintah Suriah seterusnya untuk menerapkan rencana enam pasal itu, dan juga karena meningkatnya kampanye militer pihak oposisi,” ujarnya.

Annan juga menyalahkan apa yang disebutnya tidak ada persatuan dalam komunitas internasional dan saling tuding di Dewan Kemanan PBB.

Rusia selama ini mengecam tajam upaya Barat untuk mengancam kemungkinan sanksi terhadap Suriah dan, dengan Tiongkok, telah memveto resolusi yang lebih keras di Dewan Kemanan. Wakil Rusia di PBB, Vitaly Churkin, mengatakan kepada  wartawan di New York, ia menyesalkan pengunduran diri Annan.

“Ia masih sebulan lagi bertugas dan saya harap bulan ini akan digunakan sefektif mungkin di bawah situasi sesulit ini, untuk terus mengupayakan tujuan penyelesaian politik di Suriah dan menghentikan pertumpahan darah di negara itu,” ujar Churkin.

Duta Besar Prancis Gerard Araud, ketua Dewan Keamanan PBB untuk bulan Agustus, mengatakan dalam konferensi pers bahwa perbedaan pendapat di kalangan ke-15 anggota Dewan Keamanan itu sama besarnya seperti sebelumnya. Berbicara melalui penerjemah, ia memprediksi bentrokan bakal terjadi lagi manakala Dewan mempertimbangkan perpanjangan misi pengamat PBB di Suriah, yang mandatnya akan habis tanggal 19 Agustus.

Araud mengatakan, “Tidak akan ada kesepakatan. Saya rasa misi itu akan bubar saja tanggal 19 Agustus.Sudah cukup jelas sikap yang diambil pada tingkat tertinggi oleh sejumlah negara anggota di kedua pihak, berarti saya tidak melihat sebuah skenario kecuali jika ada perubahan di lapangan.”

Duta Besar Amerika untuk PBB, Susan Rice, berterima kasih kepada Annan atas jasanya, tetapi dalam sebuah pernyataan, mengatakan misi Annan tidak akan pernah berhasil selama rezim Assad terus mengingkari janjinya untuk menerapkan rencana enam pasal itu. Rice menambahkan ketika Rusia dan Cina mengganjal upaya Dewan Keamanan PBB untuk memberikan konsekuensi signifikan bagi ketidakpatuhan, Rusia dan Cina secara efektif membuat misi Annan mustahil berhasil.

 

sumber : voaindonesia
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement