REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Kementerian Kesehatan Uganda, Kamis (2/8) mengumumkan 12 warganya kembali diduga terinfeksi demam hemorrhagic mematikan Ebola. 12 Korban itu telah dibawa ke rumah sakit di Kabupaten Kibaale, Uganda barat-tengah, pusat wabah tersebut. Kejadian ini menambah panjang kasus Ebola menjadi 30 sejak kemunculan wabah itu di Desa Nyaswiga pada Juli dengan jumlah korban tewas 16 orang.
"Di antara orang yang dibawa ke rumah sakit, dua pasien telah dikonfirmasi terserang demam Ebola, sedangkan yang lain masih dugaan. Semua pasien menerima pengobatan yang layak dari tim ahli medis yang terdiri atas pejabat dan Rumah Sakit Rujukan Nasional Mulago, Organisasi Kesehatan Dunia dan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS," kata satu pernyataan.
Sebagai tindak pencegahan, tim pengawas di Kibaale secara seksama mengikuti perkembangan 232 orang yang diduga melakukan kontak dengan korban sakit atau meninggal. Orang yang melakukan kontak itu, menurut kementerian tersebut, belum memperlihatkan tanda penyakit terinfeksi namun keberadaannya terus dipantau.
Kementerian sendiri telah menetapkan siaga tinggi guna menanggapi setiap kasus dugaan penularan Ebola di Ibu Kota Uganda, Kampala, dan sekitarnya.
"Kementerian Kesehatan mendesak masyarakat agar berhati-hati tapi tak perlu panik dan takut. Semua tindakan akan dilakukan guna mengendalikan penyebaran penyakit menular tersebut," katanya.
Ebola memiliki gejala demam, muntah, diare, sakit perut, sakit kepala, ruam seperti campak, mata merah, dan kadangkala pendarahan di dalam dan luar tubuh.
Wabah terakhir Ebola di Uganda terjadi pada 2011 dan pada penghujung 2007 wabah di Kabupaten Bundibugyo di bagian barat negeri itu menewaskan 37 orang dari 148 orang yang terinfeksi. Wabah terburuk Ebola di Uganda menyerang pada 2000, ketika penyakit tersebut merenggut 224 jiwa.