Jumat 03 Aug 2012 16:11 WIB

Mahasiswa Gelar Aksi Damai di Vihara Terkait Rohingya

 Foto refleksi saat massa melakukan aksi damai menyerukan penghentian penindasan etnis minoritas Rohingya di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (26/7). (Tahta Aidilla/Republika)
Foto refleksi saat massa melakukan aksi damai menyerukan penghentian penindasan etnis minoritas Rohingya di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (26/7). (Tahta Aidilla/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Seratusan orang yang tergabung Aliansi Mahasiswa dan pelajar Peduli Rohingya (AMPERA) menggelar aksi damai di Vihara Maitreya Muni di Kepunton Jebres Solo, Jumat, mereka memberikan dukungan adanya perdamaian bagi suku Rohingya di Myanmar.

Pengunjuk rasa tersebut melakukan "long march" dari Kampus Mesen menuju Vihara Kepunton Jebres, dan Taman Patung Ahmadi Banjarsari Solo, dengan membawa sejumlah poster yang intinya memberikan dukungan aksi perdamaian bagi suku Rohingya.

Pengunjuk rasa saat melakukan orasinya di depan Vihara Kepunton disambut baik dari perwakilan Vihara Kepunton yakni Dhamar Saputra dan Doni Hadi Santoso.

Koordinator aksi M Fatihul Umam dalam orasinya mengatakan, pihaknya mendesak pemerintah Myanmar untuk menghentikan tindak pembantaian terhadap masyarakat Rohingya dan memberikan haknya sebagai warga negara.

Pihaknya juga menuntut sikap tegas dan peran aktif pemerintah Indonesia dan PBB yang konkrit dalam menghentikan aksi penindasan terhadap suku Rohingya. Pihaknya juga mengajak segenap rakyat Indonesia dan Dunia Internasional untuk peduli kondisi Rohingya dan menjaga kerukunan antar umat beragama.

Dharma Saputra perwakilan Vihara Maitreya Muni Kepunton Solo, dalam kesempatan tersebut menyampaikan pernyataan, bahwa pihaknya sangat terkejut dan menyesal atas terjadinya tindak kekerasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar.

"Kami menyatakan duka cita yang mendalam kepada para korban kekerasan di Myanmar. Kami juga mengutuk setiap tindak kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya melalui perwakilan Walubi pusat akan mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera proaktif ikut menciptakan perdamaian dan mencari solusi bagi Myanmar. "Kami yakin bahwa semua agama mengajarkan cinta kasih bagi sesama manusia sehingga kesucian dan kemurnian agama tidak akan bisa dicederai oleh tindakan manusia yang salah," katanya.

Bahkan, kata dia, kejadian kekerasan di Myanmar adalah tindakan yang terjadi antara pemerintah setempat terhadap etnis Rohingya sehingga tidak ada kaitannya sama sekali dengan perseteruan antarpenganut agama.

Sementara setelah melakukan orasinya para pengunjuk rasa kemudian melakukan tanda tangan bersama dengan perwakilan Vihara untuk tetap saling menjaga perdamaian antar umat beragama.

Selain itu, mereka juga melepaskan satu pasang burung merpati melambangkan kebebasan untuk masyarakat Rohingya di Myanmar.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement