Sabtu 04 Aug 2012 00:30 WIB

Kofi Annan Mengaku Frustasi

Rep: bambang noroyono/ Red: M Irwan Ariefyanto
Kofi Annan
Foto: Reuters
Kofi Annan

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Situasi Suriah yang kian memanas membuat Kofi Annan gerah. Utusan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan Liga Arab untuk Suriah ini memilih mundur. Dia kecewa karena tentara Presiden Suriah Bashar al-Assad dan kelompok oposisi tak mau berunding. Kedua pihak malah terus melakukan kekerasaan.

Dewan Keamanan PBB yang tidak solid juga jadi alasan mundurnya Anna. "Aktivitas militer yang semakin meningkat di lapangan dan Dewan Keamanan yang tidak sepaham, telah mengubah keefektifan peran saya," ujar Annan, Kamis (2/8).

Annan akan resmi meninggalkan posisinya pada akhir Agustus 2012 ini setelah menjabat sejak 23 Februari. Mantan sekretaris jenderal (sekjen) PBB ini tetap berharap upaya perdamaian di Suriah menjadi prioritas utama bagi PBB dan Liga Arab. Annan optimistis terhadap peran Sekjen PBB Ban Ki-moon yang dapat konflik yang sudah berlangsung 17 bulan ini.

Selama menjalankan tugas, Annan belum bisa mewujudkan gencatan senjata di Suriah. Enam proposal perdamaian Annan untuk Suriah juga tak seluruhnya terlaksana. ''Dunia penuh orang tak waras seperti saya. Tidaklah heran jika dia (Ban Ki-moon) dapat menemukan pengganti yang lebih baik,'' ujar dia.

Dalam pernyataan tertulisnya, Ban mengatakan, Annan berhak mendapat penghormatan yang tinggi atas upaya perdamaian di Suriah. Sedangkan, Sekjen Liga Arab Nabil El Araby menyesalkan mundurnya Annan. Ban mengatakan, Annan berhak mendapat penghormatan atas upaya perdamaian di Suriah karena telah mencurahkan seluruh kemampuannya.

Dewan Keamanan PBB belum satu suara dalam memberi solusi untuk Suriah. Rusia dan Cina memberi dukungan penuh kepada Assad, sedangkan negara-negara Barat yang dikomandoi Amerika Serikat (AS) tegas menginginkan perubahan di Suriah. Negara anggota Dewan Keamanan PBB saling tuding atas mundurnya Annan itu.

Beberapa jam setelah pengunduran diri Annan, aksi kekerasan di Aleppo makin meningkat. Kota terbesar di Suriah itu jadi basis pertempuran tersengit antara pasukan Assad dengan oposisi. Salah satu pemicu peningkatan aksi kekerasan itu adalah markas pasukan keamanan Assad yang menewaskan empat pengawal pribadinya pada 18 Juli lalu.

Pasukan oposisi mengklaim pasukan Assad telah membunuh 50 warga di Hamam dan 16 gerilyawan di Deraa pada Kamis (2/8). Di Damaskus, ibu kota Suriah, setidaknya 20 orang tewas saat pasukan keamaan menembakan tiga roket di sekitar kamp pengungsi Palestina. Di Aleppo, pertempuran terfokus di daerah Hamdeniya.

Pada Jumat (3/8), pasukan oposisi berhasil menguasai kantor polisi di Aleppo setelah pertempuran beberapa hari. Komandan oposisi, Abu Zaher, mengatakan pihaknya menahan beberapa perwira polisi serta mengambil persenjataan dan amunisi. Internet dan telepon terputus di Aleppo dan menyulitkan pasukan oposisi untuk berkoordinasi.

sumber : ap, reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement