Sabtu 04 Aug 2012 05:25 WIB

Target Khamenei Bagi Rakyat Iran, 'Baby Booming'

Rep: Feri Kisihandi / Red: M Irwan Ariefyanto
Pemimpin Spiritual Republik Islam Iran, Ayatullah Sayyed Ali Khamenei.
Foto: AP
Pemimpin Spiritual Republik Islam Iran, Ayatullah Sayyed Ali Khamenei.

REPUBLIKA.CO.ID,Iran menempuh kebijakan berbeda jauh dengan Cina. Jika Cina secara ketat mengontrol kelahiran, Iran memilih untuk tak mengendalikannya. Iran mendorong terjadinya baby booming. Pemimpin spiritual Ayatollah Ali Khamenei berada di balik kebijakan baru ini. Berarti ia membatalkan sikap Iran yang sudah berumur dua dekade, membatasi kelahiran. ‘’Kebijakan kendali kelahiran harus berakhir,’’ katanya.

Khamenei kini menargetkan dua kali lipat penambahan penduduk Iran. Sekarang, populasi negara ini mencapai 75 juta dan diharapkan kelak jumlahnya menyentuh angka 150 hingga 200 juta jiwa. Pada 2009, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, sejak 1980 Iran masuk dalam daftar negara papan atas yang secara drastis mengalami penurunan fertilitas.

Langkanya jumlah kelahiran terbantu pengenalan vasektomi pada awal 1990-an serta alat kontrasepsi lainnya. Termasuk penggalangan program keluarga berencana. Sudah masanya, jelas Khamenei, program ini diakhiri. ’’Sudah tak cocok lagi. Mulailah abaikan pandangan yang mendorong setiap keluarga cukup satu atau dua anak saja,’’ katanya seperti dikutip Al Arabiya, Jumat (3/8).

Tak tanggung-tanggung, ia tak menyampaikan pandangannya itu di pertemuan khusus atau tertutup melainkan lewat pidato yang disiarkan saluran televisi secara nasional. Ia menambahka meski Khamenei pernah menetapkan pembatasan, namun pernah menyebutkan target penduduk hingga 150 atau 200 juta orang. Itu adalah jumlah tepat yang mestinya dicapai oleh Iran.

Presiden Mahmud Ahmadinejad meminta warga Iran mempunyai lebih dari dua anak demi membantu Iran mengalahkan Barat. Tiga tahun lalu, sang presiden memperkenalkan skema bantuan bagi bayi-bayi yang baru lahir hingga mereka berusia 18 tahun. Seusai pemikiran Khamenei terlontar, Menteri Kesehatan Marzieh Vahid Dastjerdi mengungkapkan, pendanaan keluarga berencana ditarik.

Alokasi uang sebesar 15,5 juta dolar AS itu dialihkan untuk mengampanyekan penambahan anggota keluarga. ‘’Pengendalian populasi secara resmi tak lagi berlaku seperti tahun-tahun lalu,’’ katanya menegaskan. Tapi, keinginan Khamenei itu bukannya tanpa kritik.

Penulis dan aktivis prodemokrasi, Mousa Sharififarid, mengatakan Pemerintah Iran mestinya lebih keras bekerja untuk menyuguhkan kemakmuran bagi warganya dan mengizinkan tiga juta ekspatriatnya kembali ke Tanah Air daripada memenuhi hasrat meningkatkan jumlah populasi. ‘’Berdasarkan survei mutakhir, di Iran, lebih dari 10 juta orang tak bisa membeli daging bahkan untuk sebulan sekali.’’

Menurut dia, sangat menggelikan sebuah negara berupaya keras menambah warga ketika banyak dari mereka masih terperangkap dalam kemiskinan yang parah. Abbas Kazemi, seorang pesuruh di sebuah kantor, menyatakan dengan gaji 220 dolar AS per bulan tak mungkin ia memiliki anak lebih dari dua. ‘’Saya menanggung istri dan dua anak serta orang tua.’’

Ali Reza Khamesian, seorang kolomnis, memandang kebijakan ini mengandung nilai politis. Bagi dia, Iran ingin mengirimkan pesan kepada dunia bahwa mereka tak didera penderitaan akibat sanksi terkait program nuklirnya. Saat ini, lebih dari setengah penduduk Iran berumur di bawah 35 tahun. Merekalah yang menggerakkan perlawanan terhadap pemerintah dengan sebutan Gerakan Hijau.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement