REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR – Produsen tahu dan tempe di Bali memanfaatkan limbahnya sebagai bahan pembuatan minuman segar dan ampasnya sebagai pakan ikan, sehingga mampu memberikan nilai ekonomis.
"Limbah yang tadinya dibuang begitu saja, kini diolah menjadi matadagangan bernilai ekonomis sehingga mampu meningkatkan pendapat pekerja skala rumah tangga," kata Ketua Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Bali, Haji Sutrisno, Sabtu (4/8).
Ia mengatakan, pemanfaatan limbah menjadi matadagangan yang bernilai ekonomis itu berkat pelatihan dan keterampilan yang diberikan sebuah universitas di Yogyakarta.
Sebanyak 10 orang perajin tahu tempe dari Bali mengikuti pelatihan selama sepekan di Yogyakarta. Sekembalinya langsung menerapkan keterampilan yang diperoleh untuk menghasilkan minuman segar dan pakan ternak ikan.
Sutrisno menambahkan, minuman segar yang diberi nama "nata the soya" yang diambil dari sari tahu dikemas sedemikian rupa sebagai minuman segar dengan harga yang terjangkau. "Jenis minuman dalam kemasan itu juga dimanfaatkan sebagai minuman buka puasa bagi umat Muslim," tutur Sutrisno.
Produsen dan pekerja tahu tempe yang sudah mengolah sari tahu dan limbah menjadi bahan pakan ikan sudah bertambah dari awalnya 10 orang menjadi empat hingga lima kali lipat, karena keterampilan yang diperoleh itu terus ditularkan kepada yang lainnya.
Dengan demikian, pengolahan tahu tempe merupakan usaha ekonomi kreatif, karena selain mengelolah kedelai menjadi makanan bergizi, juga limbahnya menjadi matadagangan bernilai ekonomis.