Sabtu 04 Aug 2012 23:11 WIB

'Presiden Harus Berani Umumkan Kinerja Menteri'

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres Boediono berfoto bersama para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II di tangga Istana Merdeka, Jakarta.
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres Boediono berfoto bersama para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II di tangga Istana Merdeka, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG – Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK), Ahmad Atang, berpendapat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus berani mengumumkan kinerja para menteri dari partai politik, baik yang berhasil maupun yang gagal.

"Keluhan Presiden SBY menunjukkan kegelisahan terhadap performa kabinet yang tidak memuaskan. Hal ini diperparah oleh menteri dari parpol yang berperilaku politisi ketimbang negarawan dalam mengelola kementeriannya," kata Ahmad, Sabtu (4/8).

Menurut dia, kinerja menteri yang buruk ini merupakan konsekuensi dari sebuah pemerintahan yang dibangun atas dasar kekuatan politik koalisi. Presiden SBY, kata Atang, sadar atas kondisi ini, karena apa pun tindakan yang diambil presiden tidak akan mengubah keadaan ke arah yang lebih baik.

“Hal yang perlu dilakukan SBY adalah menetapkan capaian target kinerja kepada para menteri sebagai indikator penilaian. Dan di akhir jabatan, SBY harus berani mengumumkan menteri yang berhasil dan gagal dari partai politik,” ujarnya.

Mengenai kemungkinan menteri dari kalangan profesional dan teknokrat seperti di zaman Presiden Soeharto agar tidak membagi perhatian pada induk organisasi yang mengantarnya duduk, Atang mengatakan, menteri dari latarbelakang apa pun tidak akan menjamin.

"Menteri dari latarbelakang apa pun ,tetapi kalau kabinet politisasi tidak akan efektif. Kabinet saat ini ada teknokrat, tetapi tidak berdaya di bawah kekuatan politisasi partai politik sebagai home base-nya," kata Ahmad.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement