REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Tentara Mesir pada Senin berjanji "membalas dendam" kematian 16 penjaga perbatasan dalam serangan hari sebelumnya di dekat pos perbatasan dengan Israel. Pernyataan mereka lontarkan dalam pernyataan disiarkan kantor berita MENA.
"Kami bersumpah atas nama Tuhan akan membalaskan dendam mereka," katanya mengutip pernyataan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF). "Mesir tidak akan perlu menunggu lama sebelum mereka melihat reaksi serangan teroris ini," tambah pernyataan itu.
"Siapa pun penghubung dengan kelompok-kelompok yang telah menyerang pasukan kita di Sinai dalam beberapa bulan terakhir, akan membayar mahal, baik di Mesir atau di luar negeri," katanya menambahkan.
Presiden Mohamed Mursi pada Ahad (6/8) malam bersumpah akan meningkatkan kehadiran pasukan keamanan Mesir dan merebut kembali kendali Sinai. Orang-orang bersenjata menyerang sebuah pos dekat perbatasan dengan Israel, yang menewaskan 16 penjaga perbatasan.
Mereka kemudian menyeberang ke negara Yahudi dalam satu kendaraan lapis baja. Israel kemudian mengatakan lima orang bersenjata itu tewas dalam serangan tank-tank dan helikopter.
Di bawah perjanjian perdamaian 1979 dengan Israel, Mesir harus memiliki kehadiran militer terbatas di daerah tersebut. Juru bicara utama militer Israel, Yoav Mordechai, mengatakan kepada radio militer pada Senin bahwa orang-orang bersenjata itu "anggota jihad global yang berbasis di Sinai, yang telah menjadi rumah kaca untuk terorisme dunia karena kontrol lemah Kairo.
Moursi pada Minggu telah memberikan "instruksi yang jelas" bahwa Mesir harus mengambil alih "penuh kontrol atas Sinai". Siituasi keamanan di negara itu memburuk setelah pemecatan orang kuat berkuasa lama Hosni Mubarak tahun lalu.