Jelang Lebaran, Waspadai Peredaran Uang Palsu

Red: Heri Ruslan

Selasa 07 Aug 2012 06:11 WIB

Petugas kepolisian saat mengamankan uang palsu dari pengedar di Jawa Barat. Foto: Antara/Agus Bebeng Petugas kepolisian saat mengamankan uang palsu dari pengedar di Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Pemimpin Bank Indonesia Cabang Bengkulu, Causa Iman Karana mengimbau masyarakat di daerah itu mewaspadai peredaran uang palsu selama Ramadhan dan menjelang lebaran.

Meskipun jumlah yang ditemukan di daerah ini masih tergolong kecil, namun perlu diwaspadai karena akan merugikan masyarakat banyak, kata Causa Iman Karana di Bengkulu, Selasa.

Ia menjelaskan, berdasarkan data yang ada, uang palsu tersebut terhitung sejak 2010 hingga pertengahan 2012 sudah ditemukan sebanyak Rp37,73 juta. Sedangkan hingga Mei 2012 ditemukan uang palsu senilai Rp1,67 juta dengan jumlah 34 lembar uang pecahan Rp20.000 sampai Rp50.000.

"Kami minta warga dapat membedakan uang asli dan meskipun jumlah yang ditemukan di daerah ini masih tergolong kecil," katanya.

Untuk mencegah beredarnya uang palsu itu masyarakat menerapkan 3D yakni Dilihat, Diraba dan Diterawang.

warna uang asli selalu terang dan jelas,di bagian depan uang, tepatnya sudut kanan bawah terdapat kotak kecil (bisa segiempat, segi lima, atau segi delapan) disebut Optical Variable Ink (OVI) atau tinta yang berubah warna.

Uang asli apabila diraba bagian angka, huruf, dan gambar pada lembaran uang akan terasa kasar. Apabila diterawang,uang asli memiliki tanda air berupa gambar pahlawan di bagian depan sebelah kanan.

"Selain itu saya sarankan apabila bertransaksi di malam hari hendaknya dalam kondisi cukup terang sehingga bisa mengamati uang yang diberikan," katanya.

Ia menambahkan, upaya BI mencegah peredaran uang palsu yakni meningkatkan sosialisasi dan menyebarkan pamflet tentang ciri uang asli hingga membagikan kaca pembesar kepada pedagang di pasar dan sekolah-sekolah secara gratis.

Modus peredaran uang palsu di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan berbagai hal, antara lain berbelanja di warung atau pasar yang berada di pedesaan atau daerah perbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Lampung.

"Salah satu kendala kami yakni warga yang menemukan uang palsu tidak mau memberikan keterangan tempat kejadian perkara," ujarnya.

Untuk mengatasinya, Bank Indonesia Cabang Bengkulu memberikan pengertian kepada masyarakat daerah itu agar dengan kesadaran sendiri melaporkan bila menemukan uang palsu dan mau memberikatan keterangan secara lengkap sehingga polisi bisa menekan jumlah kasus peredaran uang palsu.

Terpopuler