REPUBLIKA.CO.ID,KABUL-- Pasien kurus dibiarkan mati di tempat tidur rumah sakit dengan luka terbuka dan belatung di dalamnya. Ini merupakan salah satu gambaran kondisi di Rumah Sakit Militer Dawood di Kabul, Afghanistan.
Rumah sakit yang dijalankan oleh pemerintah Afghanistan ini mendapat suntikan dana utama dari Amerika Serikat. Menurut keterangan anggota parlemen AS, sebagian besar dana pembayaran pajak masyarakat AS dialokasikan untuk mendanai rumah sakit tersebut. Para dokter dan perawat di rumah sakit ini pun dilatih dan berada di bawah pengawasan AS dan NATO.
Namun pada 2010 silam, beberapa anggota militer AS mengungkapkan kebobrokan yang dilakukan rumah sakit. Perlakuan buruk staf Rumah Sakit Dawood banyak menewaskan pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut. Bahkan salah seorang kolonel AS yang menyelidiki rumah sakit tersebut, menyamakan kondisi di sana dengan kamp pembantaian Yahudi di kota Auzchwitz.
Para pejabat militer mulai mendokumentasikan korupsi yang tersebar luas di rumah sakit sejak 2006 lalu. Termasuk masalah pencurian obat dan penggunaan obat palsu pada para tentara Afghanistan.
Pada 2010, staf militer mendokumentasikan banyaknya belatung di dalam luka pasien yang terbuka. Banyak pasien yang juga dilanda kelaparan selama berminggu-minggu bahkan hingga meninggal dunia. Tak hanya itu, operasi di rumah sakit tersebut umumnya dilakukan tanpa obat penenang. Luka bekas operasi juga dijahit tak sempurna hingga bagian tulang terlihat.
Menurut laporan beberapa pasien meninggal akibat infeksi sederhana, hanya karena perban mereka tak pernah diganti. Beberapa petugas medis rumah sakit bahkan enggan mengantar pasien yang diamputasi ke kamar mandi. Perawat dan dokter di RS Dawood dilaporkan berulang kali meminta uang suap.
Saat ini Pentagon tengah menyelidiki laporan terkait korupsi dan penyalahgunaan yang terjadi di rumah sakit yang didanai AS tersebut.
Selama ini komandan tertinggi militer Amerika Serikat di Afghanistan, dituduh menutup-nutupi penyelidikan atas Rumah Sakit Dawood di Kabul Afganistan.