Selasa 07 Aug 2012 23:13 WIB

Menristek: Insentif Perpajakan Hambat Mobil Listrik

Rep: Lingga Permesti/ Red: Djibril Muhammad
 Menristek Gusti Muhammad Hatta (kanan).
Foto: Antara/Danang
Menristek Gusti Muhammad Hatta (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) RI, Gusti Muhammad Hatta mengatakan impian Indonesia untuk memiliki mobil nasional (mobnas) listrik tak lama lagi akan terwujud.

Gusti berharap, mobil listrik tersebut dapat diproduksi secara massal pada 2018 dengan target 10 ribu unit mobil. Namun, saat ini masih mengembangkan prototipe atau purwarupa. Gusti berharap, pada 2014 mendatang, prototipe sudah selesai.

Masalah penting mobil listrik ini, jelas Gusti, adalah insentif perpajakan. Karena tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap harga jual mobil listrik. "Insentif perpajakan dalam hal ini adalah komponen mobil yang diimpor dari luar negeri masih menjadi kendala karena dengan itu harga mobil menjadi mahal," ungkapnya.

Menurut Gusti, jika intensif pajak dapat diatasi, mobil listrik dapat diproduksi massal dan harganya tentu saja dapat ditekan. "Mobil listrik akan dijadikan pilot project pemerintah dan BUMN supaya terlibat langsung dalam pengembangan mobil listrik," jelasnya.

Menurutnya, ada beberapa komponen yang menjadi hambatan dalam pengembangan mobil listrik ini. "Kontrol elektronik hanya mampu dicapai 50 persennya, sementara 50 persen lainnya berasal dari luar negeri," ungkapnya.

Belum lagi, lanjutnya, proposi dan transmisi untuk mobil listrik belum dikuasai. "Untuk penyediaan baterai misalnya, 100 persen belum kita kuasai. Namun, penelitian untuk baterai ini masih terus dikembangkan," jelasnya.

Oleh karena itu, Presiden SBY, ungkap Gusti, telah menginstruksikan kementerian terkait untuk menyiapkan

regulasinya mobil dinas ini. "Kementerian Riset dan Teknologi akan membantu proses riset dan sinergi dengan berbagai perguruan tinggi (PT)," jelasnya kepada wartawan pada acara Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Bandung, Selasa (7/8).

Perguruan tinggi tersebut yakni Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), dan Politeknik Manufaktur Bandung. Sementara dua lembaga seperti. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga ditunjuk untuk wadah penelitiannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement