REPUBLIKA.CO.ID, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Republik Islam Iran (SNSC) Saeed Jalili mengatakan, penundaan serangan Tel Aviv ke Tehran karena ketidakmampuan rezim Zionis Israel, bukan keengganan rezim ini.
"Hari ini, Israel kecewa mengambil langkah anti-Iran, dan ini bukan berarti mereka tidak ingin menyerang negara ini, tetapi hal itu berarti bahwa mereka belum mampu untuk melakukannya," kata Jalili sebagaimana dilansir IRNA.
Dalam pernyataan tersebut, Jalili juga menyinggung tentang pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terhadap aktivitas damai nuklir Iran.
"Dirjen IAEA dalam laporannya secara resmi telah mengakui lebih dari 27 kali bahwa aktivitas damai nuklir Iran tidak menyimpang," tegasnya.
Terkait perundingan nuklir antara Iran dan Barat, Jalili menandaskan, di salah satu pertemuan, utusan Inggris secara eksplisit menyatakan bahwa mereka tidak ingin Tehran memiliki teknologi nuklir.
Menurut Sekretaris SNSC, negara-negara Barat tidak ingin umat Islam dan negara-negara berdaulat mematahkan monopoli mereka di berbagai bidang teknologi.
"Jika kami mempertahankan hak nuklir kami, sebenarnya kami tengah menegaskan hak-hak semua negara independen yang berusaha untuk memecah monopoli tersebut," kata dia.
Amerika Serikat dan rezim Zionis berulang kali mengancam Iran dengan serangan militer untuk memaksa Tehran menghentikan aktivitas nuklirnya yang diklaim oleh Washington dan Tel Aviv diselewengkan untuk tujuan militer.
Iran membantah tuduhan tersebut dan berpendapat bahwa sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota IAEA, Tehran berhak mendayagunakan energi nuklir untuk kepentingan damai.