REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Sedikit-dikitnya tiga orang tewas dan lima lagi cedera dalam kerusuhan sektarian baru di Kyauktaw, negara bagian Rakhine barat, Myanmar utara, dua hari belakangan, kata media lokal dalam laman mereka pada Selasa (8/8).
Serangan oleh perusuh membakar 450 rumah di desa di Kyauktaw Pauk, terutama desa Ah Wa dan Lin Shwe, termasuk tempat penggilingan beras. Kyauktaw terletak 128 kilometer dari Sittway, ibu kota negara bagian Rakhine.
Pembakaran itu menyusul bentrokan antara etnis lokal dan Rakhinese Bengali di dekat satu jembatan di pintu masuk Kyauktaw, katanya. Pasukan keamanan setempat turun tangan untuk memulihkan perdamaian, tambahnya.
Kyauktaw berpenduduk sekitar 100 ribu, di antaranya berkebangsaan etnis Myanmar termasuk Rakhinese sebesar 60 persen, sedangkan Bengali Muslim sekitar 40 persen, menurut angka Departemen Imigrasi.
Kerusuhan baru juga terjadi sehari setelah Utusan Hak Asasi Manusia PBB Tomas Ojea Quintana mengakhiri enam hari misinya di Myanmar pada Sabtu lalu, untuk melihat ke dalam masalah Rakhine. Quintana meminta investigasi independen dalam masalah ini, tetapi ditolak oleh pemerintah, menurut situs web.
Selama sepekan terakhir, Wakil Presiden Myanmar Sai Mauk Kham juga melakukan tur keliling negara bagian Rakhine yang dilanda kerusuhan, dan diperiksa kemajuan pekerjaan rehabilitasi di negara bagian. Dia mengatakan bahwa masalah insiden Rakhine perlu solusi jangka panjang dan menekankan pentingnya pemeliharaan daerah perdamaian dan stabilitas.
Negara bagian Rakhine masih dalam keadaan darurat yang dideklarasikan oleh presiden sejak 10 Juni, memberlakukan jam malam di enam Maugtaw kota-kota yang terkena dampak, seperti Buthidaung, Sittway, Kyaukpyu, Yanbye dan Thandwe.
Menurut pernyataan kementerian, 77 orang dari kedua komunitas tewas dengan 109 orang lainnya luka-luka sebelumnya. Sebanyak 4.822 rumah, 17 masjid, 15 biara dan tiga sekolah kemudian juga dibakar.