Rabu 08 Aug 2012 18:27 WIB

Fatwa Qardhawi: Hukum Ramalan Bintang (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
 Simbol-simbol astrologi.
Foto: blog.myjewelrybox.com
Simbol-simbol astrologi.

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam hal ini, Islam sangat mengingkari orang-orang yang mempraktikkan dan menyebarkan khurafat serta memanfaatkan orang-orang yang lalai dari kalangan awam yang pasti ada di tengah-tengah masyarakat pada setiap zaman.

Di antara praktik khurafat dan khayalan itu ialah sihir, perdukunan, ramalan nasib, ramalan bintang (astrologi), serta praktik penyingkapan perkara gaib dan sesuatu yang rahasia melalui perantaraan alam "tinggi” atau alam "rendah”.

Hal ini menurut pengakuan mereka dapat memberitahukan sesuatu yang akan terjadi pada esok hari, baik dengan jalan ramalan bintang, berhubungan dengan jin, dengan cara menulis atau membuat garis di tanah, atau dengan cara-cara lain yang merupakan kebatilan jahiliah, baik di Timur maupun di Barat.

Cukuplah jika kita membaca beberapa ayat Alquran atau hadis Nabi yang mulia untuk menjelaskan kesesatan para pembohong itu. Allah SWT berfirman, "Katakanlah, Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara gaib, kecuali Allah." (QS. An-Naml: 65).

Dalam ayat ini Allah meniadakan seorang pun dari penghuni langit dan bumi yang mengetahui perkara gaib.

Dalam ayat lain Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raf: 188).

Allah menyuruh Rasul-Nya yang terakhir untuk mengumumkan bahwa dia tidak mengetahui perkara gaib. Karena itu, beliau ditimpa apa yang juga menimpa orang lain dalam kapasitasnya sebagai manusia. Andaikata beliau dapat mengetahui perkara-perkara yang gaib niscaya beliau akan membuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa keburukan.

sumber : Fatawa Al-Qardhawi
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement