Rabu 08 Aug 2012 21:01 WIB

Fatwa Qardhawi: Hukum Ramalan Bintang (4)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
 Simbol-simbol astrologi.
Foto: blog.myjewelrybox.com
Simbol-simbol astrologi.

REPUBLIKA.CO.ID, Inilah yang ditolak oleh Islam. Bintang-bintang itu tidak lain hanyalah sebagian dari makhluk Allah Ta’ala di alam semesta yang luas terbentang ini, ada yang tinggi dan ada yang rendah, dinisbatkan kepada urusan-urusan yang nisbiyah (relatif).

Dia (bintang-bintang) itu adalah makhluk yang diciptakan Allah untuk kepentingan kita.

Sebagaimana firman-Nya, “Dan Dia-lah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Al-An’am: 97).

"'Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami- nya.” (QS. An-Nahl: 12).

Dalam firman-Nya yang lain, "Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan.” (QS. Al-Mulk: 5).

Dengan demikian, ilmu "ramalan perbintangan" (astrologi/horoskop) untuk mengetahui perkara gaib adalah ilmu )ahiliah yang ditolak oleh lslam dan dianggap sebagai salah satu jenis sihir.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas dari Nabi SAW, "Barangsiapa mengambil sepotong dari ilmu nujum (ramalan perbintangan), maka berarti dia mengambil sepotong dari ilmu sihir, bertambah ilmu nujumnya bertambah pula sihimya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

Para ulama juga mengatakan ilmu nujum yang dilarang itu ialah ilmu yang dipakai pemiliknya untuk mengetahui berbagai perkara dan peristiwa yang akan datang, seperti perubahan harga, terjadinya peperangan, dan sebagainya.

Mereka mengaku bahwa mereka mengetahui hal itu karena peredaran bintang-bintang, datang dan perginya, serta kemunculannya pada waktu-waktu tertentu. Padahal, pengetahuan seperti ini hanya dimiliki Allah SWT, tidak seorang pun yang mengetahuinya selain Dia.

sumber : Fatawa Al-Qardhawi
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement