REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sutradara Hanung Bramantyo sempat menolak ajakan produser film dari Starvision, Chand Parwez Servia utuk menggarap novel "Perahu Kertas" karya Dewi 'Dee' Lestari.
Bahkan, Hanung yang awalnya menganggap novel "Perahu Kertas" sama seperti cerita kebanyakan yang lagi-lagi bicara soal cinta, harus dibujuk oleh istrinya, Zaskia Mecca, untuk menyutradarai "Perahu Kertas".
"Saat saya awalnya menerima, saya males," kata Hanung saat jumpa pers usai "Press Screening Film Perahu Kertas" di Epicentrum, Kuningan, Jakarta, semalam.
Ia menjelaskan, "Saya takut. Ini film keempat saya yang diangkat dari novel, saya berada dalam situasi yang sama sebenarnya karena film dari novel selalu menghadapi penonton yang tidak fresh, ending-nya sudah bisa ditebak."
Berpengalaman menggarap film-film yang diangkat dari novel laris seperti "Jomblo", "Ayat-Ayat Cinta", dan "Perempuan Berkalung Sorban" membuat Hanung cukup kenyang menuai komentar yang membandingkan antara film dengan novelnya.
"Sutradara tidak bisa berbuat banyak dan bermain-main plot. Kalau teman-teman berpikir sebagai sutradara saya mempunyai otoritas, di film yang diangkat dari novel, sutradara hanya menjadi medium dari penulis novel," paparnya.
Maka, Hanung yang akhirnya membaca novel "Perahu Kertas" dan merasakan ada hal baru yang ia dapat, berminat menyutradarai "Perahu Kertas" bahkan turut serta menjadi produser.
Namun, belajar dari pengalaman sebelumnya dalam menggarap film-film dari novel, ia menyerahkan beberapa kewenangan kepada Dee selaku penulis.
"Ini kondisinya terbalik, Dee yang memilih scene namun kalau ada yang tidak sesuai, saya yang protes. Kami sering berdebat soal adegan mana yang dibuang dan tidak," kata Hanung yang selama syuting membawa skenario dan novel sebagai pegangan.
"Ini novel yang membuat saya menjadi takut, karena perahu kertas sangat visual," tambahnya.
Dee yang merupakan penulis novel terjun langsung sebagai penulis skenario, ikut memilih sutradara, ikut memilih pemain, dan menyumbang lagu untuk soundtrack film ini.