Kamis 09 Aug 2012 10:47 WIB

Partai Islam akan Tertinggal di Pemilu 2014?

Rep: Aghia Khumaesi/ Red: Hazliansyah
Bendera Partai Keadilan Sejahtera
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Bendera Partai Keadilan Sejahtera

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren penurunan suara partai Islam kian menjadi. Hal ini terlihat berdasarkan hasil survey nasional Center for Startegic and Internasional Studies (CSIS).

CSIS melakukan survey nasional di 32 provinsi Indonesia --kecuali Papua karena adanya konflik-- dengan proporsi jenis kelamin dan desa-kota sesuai data BPS 2011 . Survey ini dilakukan sejak tanggal 6 hingga 19 Juli dengan jumlah sampel sebanyak 1480 dan Margin of error 2,55 persen pada Confidence level 95 persen.

Di mana jika Pemilihan Umum (Pemilu) dilakukan hari ini, suara partai Islam menurun jauh dari Pemilu 2009 lalu. "Perolehan suara partai Islam lebih rendah dari Partai nasionalis, jika hal ini terus terjadi bisa jadi partai Islam akan tertinggal pada 2014," ujar Ketua departemen politik dan hubungan internasional CSIS Phillips. J.Vermonte dalam konferensi pers hasil survey nasionalnya di Jakarta, Rabu (8/8).

Sebab, menurut Philip, jika tidak ada yang berubah, tidak melakukan kerja elektorial yang baik, partai islam mungkin akan tertinggal pada 2014 mendatang.

Dengan hasil pilihan partai berdasarkan Top of Mind survey CSIS Golkar mendapat 18 persen diikuti oleh PDIP sebesar 11,6 persen, Demokrat 11,1 persen, Gerindra 5,2 persen, PPP 3,0 persen, PKB 2,8 persen, PKS 2,2 persen, PAN 2,0 persen, Nasdem 1,6 persen dan Hanura sebesar 1,5 persen.

Penurunan ini diantaranya dikarenakan Partai Islam dinilai kekurangan tokoh atau figur yang kuat yang bisa menarik suara pemilih. Dalam survey terlihat bahwa elektabilitas Partai sangat bergantung pada tokoh atau pimpinan partainya. Oleh karena itu, hal ini harus diwaspadai, dikaji dan dievaluasi oleh Partai Islam agar tidak terkikis oleh partai nasional.

Terlebih partai-partai nasionalis sudah banyak melakukan hal yang menarik agamis. Hal ini membuat masyarakat merasa tidak ada perbedaan antara partai nasionalis dan partai islam.

Hal ini, membuat partai islam harus membuat program agamis yang lebih menarik minat masyarakat. Partai Islam harus secepatnya membenah diri untuk merebut suara pemilih.

"Anggapan sama antara partai agama dan partai nasionalis, membuat pemilih lari ke partai nasionalis karena merasa sudah terakomodir dengan partai nasionalis daripada dengan partai agama,"ungkap Philip.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement