REPUBLIKA.CO.ID, Pendapat ini dikuatkan oleh firman Allah, “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil..." (QS. Shad: 26).
Meskipun ayat-ayat yang mulia ini membicarakan kisah Adam, namun konteks ayat menunjukkan bahwa yang diberi mandat kekhalifahan adalah Adam dan anak cucunya.
Hal ini berdasarkan perkataan malaikat yang disebutkan dalam Alquran, “... mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensudkan Engkau?”(QS. Al-Baqarah: 30).
Dalam konteks ini yang dimaksudkan oleh malaikat bukanlah Adam AS, tetapi yang mereka maksudkan ialah jenis makhluk baru ini secara umum karena mereka sudah mengerti tabiat penciptaannya, atau dengan mengiyaskan (menganalogikan) dengan penghuni bumi sebelumnya, atau berdasarkan pemberitahuan Allah kepada mereka, menurut berbagai pendapat dan kemungkinan yang bermacam-macam dalam masalah ini.
“Saya tidak ingin memperkuat salah satu dari dua atau beberapa pendapat mengenai makna kata "khalifah” dalam ayat yang mulia itu, meskipun alur ceritanya sejak pemberitahuan Allah kepada para malaikat mengedepankan pembicaraan mengenai makhluk baru ini sebelum ada wujudnya,” kata Qardhawi.
Kemudian penggambaran tentang bagaimana Allah mengajari makhluk ini akan semua nama-nama benda, menampakkan kelebihannya di atas malaikat melalui ujian. Lebih lanjut, Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada makhluk yang unik ini.
Dijadikan-Nya sujud ini terkait dengan firman-Nya, “Kemudian Dia mengusir iblis dari rahmat-Nya, dan menetapkan laknat kepada iblis hingga hari kiamat ketika dia tidak mau memenuhi perintah-Nya untuk memberikan sujud penghormatan terhadap makhluk baru (manusia) ini.”