REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali menggelar rapat koordinasi (rakor). Kali ini di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur untuk membahas persoalan ketahanan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan kekuatan TNI masih jauh dari standard.
"Kekuatan TNI sekarang ini, terus terang masih jauh di bawah, yang disebut minimum essensial force," katanya saat membuka rakor, Kamis (9/8).
Ia mengatakan Indonesia sudah lama tidak memodernisasi dan menambah alutsista. Bukan hanya pada saat Indonesia mengalami krisis, sebelumnya pun Indonesia tidak menambah alutsista dalam jumlah yang besar.
Padahal, sekarang ini tugas TNI bukan hanya mencakup pertahanan yang disebut operasi militer untuk perang, tetapi juga banyak melaksanakan tugas-tugas operasi militer lain selain perang. Misalnya penanganan bencana, tugas memelihara perdamaian, bahkan dalam pemberantasan korupsi.
Menurutnya, saat ini pemerintah sudah bisa berupaya memenuhi dan memodernisasi alutsista. Tak lain karena ekonomi Indonesia sudah memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.
"Yang lebih penting lagi, kita bisa meningkatkan pembangunan kekuatan dan modernisasi alutsista ini karena ekonomi kita tumbuh baik. Anggaran negara agak lebih kuat dan porsi dari anggaran itu, yang tepat kita lakukan untuk membangun TNI kita," katanya.
Ia pun meminta agar sektor pertahanan bisa menggunakan anggaran yang besar itu dengan sebaik-baiknya. "Bukan hanya khas Indonesia, di negara manapun, anggaran pertahanan, defence budget relatif besar. Oleh karena itu, saya meminta agar anggaran ini dikelola dengan baik," katanya.