REPUBLIKA.CO.ID, DHAKKA – Pemerintah Bangladesh mengandalkan pakar studi Islam guna merendam perkembangan kelompok militan dan ekstremis. Sebanyak 40.000 pakar studi Islam disiapkan untuk memantau masjid dan imam.
Dirjen Yayasan Islam, Shamin Muhammad Afzal, mengatakan langkah itu merupakan program nasional yang berlaku di seluruh masjid. Nantinya, para pakar yang ditempatkan akan memastikan apakah masjid dan imam telah mengikuti pedoman yang diterbitkan yayasan.
"Kami akan lihat, apakah seluruh masjid telah menyampaikan ajaran Islam sesungguhnya atau tidak," kata dia seperti dikutip deccaherald.com, Kamis (9/8). Pihaknya juga menyiapkan sel antimilitansi bagi imam masjid yang dianggap menyebarkan paham kekerasan.
Tak hanya mengawasi, kata Afzal, pihaknya juga mendistribusikan jutaan salinan buku melawan militansi di 270.000 masjid dan lebih dari 100.000 madrasah. "Setiap Jumat kami akan berdialog dengan jamaah. Dalam dialog itu, kami coba berbicara tentang militansi," ujarnya.
Tahun 2004-2005, Bangladesh menghadapi rangkaian ledakan yang menewaskan puluhan orang. Saat itu, ada kelompok yang mengklaim akan membentuk negara Islam. Merespons situasi yang ada, pemerintah meminta militer memburu dan menangkap kelompok militan.