REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Turunnya perolehan suara partai Islam dalam hasil survey nasional Center for Startegic and Internasional Studies (CSIS) menimbulkan beberapa polemik. Hal ini menurut Pengamat Politik Siti Zuhro dikarenakan sosialisasi partai Islam kurang agresif dan atraktif pada masyarakat.
"Sosialisasi partai Islam masih tertinggal dari partai nasionalis, karena partai Islam kurang proaktif dan tangkas membaca perkembangan pesat saat ini," ujarnya pada Republika, Jumat (10/8).
Padahal, seharusnya partai Islam, jelas Siti, lebih giat lagi dalam melakukan sosialisi dan membangkitkan kadernya agar program partai menjadi atraktif, sehingga dapat menarik generasi muda serta melakukan program akselarasi dan pembaruan packaging yang menarik.
"Partai Islam harus bisa menyajikan program atraktif yang bisa menarik generasi muda tidak hanya generasi tua," tambahnya.
Selain itu juga, kata Siti, konstituen saat ini merasa bahwa partai islam kurang konsistensi dan komitmen, partai islam tidak memberikan respon dan solusi yang dihadapi umat Islam. "Konstituen mulai kehilangan kepercayaan dari masyaraka terkait konsistensi dan komitmennya pada ideologi islam," jelas Siti.
Terlebih, kata dia, saat ini masyarakat merasa tidak ada perbedaan antara partai Islam dan partai nasionalis. Sehingga, masyarakat lebih memilih partai nasionalis. "Tidak ada perbedaan yang berarti dari partai Islam, karena ideologi partai Islam mulai goyah jadi sama dengan partai nasionalis," kata Pengamat LIPI tersebut.