Sabtu 11 Aug 2012 09:51 WIB

Ini Dia Kampung Penghasil Pengemis, Dimanakah? (2)

Desa Grinting
Foto: beritajakarta.com
Desa Grinting

REPUBLIKA.CO.ID, Ikhsan (60 tahun), ketua RT 07/01 Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba, Brebes, Jawa Tengah, membenarkan, dari sekitar 83 Kepala Keluarga KK warganya, 75 persen di antaranya menggantungkan hidup dengan merantau di Jakarta. Dari jumlah itu, sebagian besar merupakan pengemis, sisanya pedagang asongan, pengamen, dan pemulung. Wajar saja jika desa yang berada tak jauh dari Pasar Bawang Bulakamba ini sehari-harinya sunyi lantaran banyak warganya yang mengadu nasib ke luar kota.

"Kondisi desa kami ya begini, sepi karena mayoritas merantau ke Jakarta. Ada yang jadi pengemis, pemulung, pedagang asongan dan sebagainya. Seperti Kanila, memang sering ke Jakarta dan pulang setiap bulan menengok anak cucunya di rumah. Sebagian rumah warga di sini yang merantautu ke Jakarta memang bagus-bagus," katanya.

Ikhsan mengungkapkan, mereka yang merantau ke Jakarta mulai dari anak-anak hingga orang tua. "Warga di sini lebih senang merantau karena tak ada pekerjaan menjanjikan di kampungnya. Untuk menjadi kuli bangunan saja, hanya diupahi Rp 35 ribu per hari. Bahkan jika hanya membantu menanam padi hanya diupahi Rp 12 ribu. Padahal, menjadi seorang pengemis di Jakarta, penghasilannya bisa mencapai Rp 6 juta per bulan. Tentu saja orang lebih senang pergi Jakarta," ucapnya dengan logat khas Tegal.

Wirso (40), warga sekitar yang juga tetangga Kanila membenarkan jika sebagian besar warga Grinting memang lebih memilih beramai-ramai meninggalkan desa untuk mencari nafkah di Jakarta. Sehingga di saat-saat tertentu suasana desa tampak sepi. Bahkan, saat lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha pun juga demikian. Biasanya, mereka akan kembali ke kampung halamannya beberapa pekan setelah Idul Fitri atau Idul Adha. "Kalau lebaran, mereka justru sedang asik-asiknya mengais rezeki dari kedermawanan warga Jakarta. Tapi kalau saya lebih baik di kampung daripada harus menjadi pengemis," kata Wirso yang lebih memilih menjadi agen penjualan tiket bus AKAP di kampungnya.

Wirso menambahkan, di daerah Brebes lainnya seperti Losari, juga ada suatu desa atau kampung yang profesi warganya sebagian besar sama dengan penduduk di Desa Grinting. Alasan mereka pun sama, yakni demi menghidupi keluarga dengan penghasilan yang besar.  

Sementara itu, Kepala Seksi Pelayanan Sosial Dinas Sosial DKI Jakarta, Prayitno mengatakan, pemulangan Kanila bersama ke-186 penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya ke kampung halamannya masing-masing merupakan hasil razia selama Ramadhan. Sebelumnya, mereka merupakan penghuni Panti Sosial Kedoya yang diberikan pembinaan saat berada di dalam panti dengan tujuan tidak kembali lagi ke jalanan.

"Semula kami juga tak percaya kalau rumah para PMKS itu bagus-bagus di kampung halamannya. Setelah mengantarkan Kanila ke Desa Grinting, jadi percaya. Terlebih, pengurus RT setempat juga membenarkan kalau sebagian besar warganya memang menjadi PMKS di Jakarta," katanya.

Jika sudah demikian, kata Prayitno, harusnya warga ibu kota tak lagi memberikan sesuatu apapun pada mereka yang kerjanya hanya meminta-minta. Sebab, profesi meminta-minta itu memang hanya untuk memperkaya diri. Padahal secara fisik mereka masih mampu melakukan pekerjaan yang lebih layak.

sumber : beritajakarta.com
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement