REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MUI, Amidhan, mengungkapkan pihaknya menyambut baik isyarat kuat bahwa Idul Fitri akan dilaksanakan bersamaan oleh dua ormas terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Menurut perhitungan MUI, Idul Fitri hampir pasti dilaksanakan bersama-sama.
"Ya bagus lah. Memang kecenderungannya Lebarannya akan bersama-sama pada tanggal 19 Agustus," kata Amidhan, Ahad (12/8). Dengan lebaran berlangsung bersamaan, maka Muhammadiyah akan melaksanakan puasa selama 30 hari, sementara NU dan pemerintah akan melaksanakan puasa selama 29 hari.
"Keduanya sama-sama sah karena dalam bulan Islam itu tidak ada puasa 31 hari. Bahkan di zaman nabi kebanyakan bulan Ramadhan berlangsung selama 29 hari," tuturnya.
Menurut Amidhan, jika Lebaran dilakukan bersama-sama pada tanggal 19 Agustus maka hal itu akan menguntungkan golongan yang mengedepankan perbedaan serta golongan yang menghargai adanya perbedaan. "Jadi kesamaan lebaran ini merupakan kemenangan seluruh umat Islam," kata Amidhan.
Dia mengatakan, kesamaan waktu lebaran ini harus dijadikan langkah awal umat Islam untuk bersatu semaksimal mungkin. "Yang pertama ini harus dijadikan momen kita semua untuk bersama-sama mengagungkan dan menggaungkan hari raya Idul Fitri tahun ini di seluruh Tanah Air. Yang kedua ini harus dijadikan momen untuk meningkatkan silaturahmi," katanya.
MUI, kata Amidhan, mengusulkan jika pemerintah membuat semacam halal-bihalal nasional yang diperuntukkan untuk semua golongan umat Islam, bahkan umat non-Islam. "Karena Islam adalah agama rahmatan lil alamin, jadi sangat bagus jika acara tersebut mengundang semua agama. Supaya bangsa ini bisa bersatu menghadapi banyak tantangan yang telah menunggu di depan," kata Amidhan.