REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik dari Universitas Indonesia Dr Ari Junaedi mengatakan langkah Partai Keadilan Sejahtera mendukung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli menunjukkan partai itu konsisten dengan inkonsistensi.
"Dukungan yang diberikan oleh PKS itu membuat saya yakin bahwa PKS konsisten dengan sikap inkonsistensinya," ujar Ari di Jakarta, Senin.
Bukti sikap inkonsistensi PKS, kata Ari, bisa dibuktikan ketika Pilkada DKI Jakarta putaran pertama, PKS melalui calon gubernurnya Hidayat Nur Wahid menyerukan untuk membongkar korupsi di Jakarta.
"Pernyataan Hidayat itu secara tidak langsung menuding terjadi praktik korupsi di pemerintah yang dipimpin Fauzi Bowo. Tetapi mengapa malah mendukung Fauzi Bowo pada putaran kedua," tambah dia.
Langkah PKS itu, kata dia, seperti menjilat ludah sendiri karena menelan kembali apa yang dilontarkan. "Ini akan menjadi blunder bagi PKS."
PKS pada Sabtu secara resmi mengarahkan kepada pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Dukungan yang diberikan itu dilihat dari sisi visi, misi, dan program maupun dari sisi respons dari dua pasangan calon yang akan berkompetisi nantinya.
Dari hasil komunikasi politik maupun telaah internal, PKS menilai pasangan Foke-Nara lebih sejalan dengan visi, misi, dan program yang diusung PKS. Selain itu, pasangan bernomor urut 1 pada putaran pertama lalu dianggap lebih siap menampung aspirasi PKS.
Pilkada DKI Jakarta putaran kedua akan dilangsungkan 20 September, dan diikuti dua pasangan calon yakni Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli dan Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama.