REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Meja kerja sayamenghadap kepemandangan kerlap-kerlip pancaran lampu dari kota bandung dan cimahi. Itu dikarenakan rumah saya terletak di dataran yang cukup tinggi, di Katumiri Parompong Kabupaten Bandung Barat.
Di perumahan yang jarang penduduk ini kami pernah kemasukan maling. Oleh sebab itu konsep kaca yang besar-besar dulu sekarang sudah terganti dengan teralis-teralis pengaman maling. Dari sanalah ide judul tulisan ini “pemandangan indah di balik teralis besi”.
Dari bahasan tersebut saya teringat hadist Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa; Dari Abu Hurairah. Ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan Surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)
Imam An Nawawi rahimahullahu ta’ala berkata, “Maksudnya, setiap mukmin itu terpenjara di dunia, karena dia dilarang mengikuti hawa nafsunya dan mengerjakan yang haram dan makruh, bahkan diwajibkan menaati perintah Allah SWT yang merupakan perkara berat bagi dirinya, tetapi apabila dia telah meninggal dunia, hatinya tenang karena akan memperoleh imbalan dari Allah SWT.” (Syarah Muslim 18/93)
Ada kisah yang menarik tentang hadits tersebut. Dikisahkan bahwa Imam Ibnu Hajar rahimahullahu ta’ala dulu adalah seorang hakim besar Mesir di masanya. Beliau jika pergi ke tempat kerjanya berangkat dengan naik kereta yang ditarik oleh kuda-kuda atau keledai- keledai dalam sebuah arak-arakan. Pada suatu hari beliau dengan keretanya melewati seorang Yahudi Mesir.
Si Yahudi itu adalah seorang penjual minyak. Sebagaimana kebiasaan tukang minyak, si yahudi itu pakaiannya kotor. Melihat arak-arakan itu, si yahudi itu menghadang dan menghentikannya. Si yahudi itu berkata kepada Imam Ibnu Hajar: “Sesungguhnya Nabi kalian berkata: “Dunia itu penjaranya orang yang beriman dan Surganya orang kafir.” (HR. Muslim)
Namun kenapa engkau sebagai seorang beriman menjadi seorang hakim besar di Mesir, dalam arak-arakan yang mewah, dan dalam kenikmatan seperti ini. Sedang aku yang kafir dalam penderitaan dan kesengsaran seperti ini. ”Maka Imam Ibnu Hajar menjawab: “Aku dengan keadaanku yang penuh dengan kemewahan dan kenikmatan dunia ini bila dibandingkan dengan kenikmatan Surga adalah seperti sebuah penjara. Sedang penderitaan yang kau alami di dunia ini dibandingkan dengan adzab Neraka itu seperti sebuah Surga.”
Mendengar penuturan yang sangat cerdas dari imam Ibnu Hajar, maka si yahudi penjual minyak itupun kemudian langsung mengucapkan syahadat masuk ke dalam Islam.
Hadits dan kisah ini mengingatkan kembali pada kita bahwa apapun yang kita dapatkan di dunia ini, semisal kenikmatan pun belumlah seberapa dibandingkan kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah di surga-Nya kelak. Juga kesulitan dan kesengsaraan di dunia ini belumlah seberapa dibandingkan dengan kesulitan dan kesengsaraan di Neraka-Nya kelak.
Oleh karena itu tetap waspada sahabat-sahabatku. Karena kaya - tidak kaya, punya – tidak punya, pintar – tidak pintar, cakap – tidak cakap, cantik – tidak cantik, suka ataupun duka, senang ataupun sedih, dipuji ataupun dicaci oleh manusia dan semua yang ada di dunia ini adalah ujian dari Allah SWT. Sebagaimana ayat ; Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya”. (QS. Al Mulk, 67 : 2) Insya Allah
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ustadz Erick Yusuf: Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)
twitter @erickyusuf