REPUBLIKA.CO.ID, RABAT--Naiknya kelompok Islam menempati pucuk kepemimpinan Maroko dibarengi dengan menurunnya tingkat kesalehan masyarakat negeri Magribi. Yang menarik, masyarakat Maroko justru khawatir kepimpinan kelompok Islam akan membatasi kebebasan yang membuat mereka tidak lagi mempraktekan Islam dengan benar.
Demikian hasil kesimpulan riset oleh lembaga riset Pew Forum Research Center bertajuk Agama dan Kehidupan publik.
"Tingkat kesalehan masyarakat Timur Tengah dan Afrika Utara merosot menjadi 60 persen. Hal itu terjadi di Maroko, Tunisia dan Mesir. Sedangkan tingkat kesalehan negara-negara Asia Tenggara, Sub Sahara Afrika naik menjadi 80 persen dan negara komunis turun jadi 50 persen," demikian isi laporan itu seperti dikutip alarabiya.net, Selasa (14/8).
Pakar Studi Islam, Montase Hamada, mengakui perubahan tingkat kesalehan masyarakat Maroko disebabkan sejumlah alasan. Pertama, munculnya kelompok yang menyerukan agar Maroko tetap menjadi negara sekuler, lalu ada kelompok yang mempromosikan ajaran agama yang menyimpang seperti memperbolehkan makan dan minum di depan umum selama Ramadhan, dan mengakui kelompok eksistensi gay dan lesbian.
"Faktor lain, kebangkitan politik Islam membuat masyarakat khawatir tentang agama. Mereka hanya berpikir, kelompok Islam identik dengan konservatif, kolot dan mengekang kebebasan," kata dia.
Peneliti, Mohamed Musbah, menilai meski ada penurunan tingkat kesalehan masyarakat Maroko, posisi agama tetap menempati urutan terpenting. Jadi, meski tingkat kesalehan menurun bukan berarti mereka tidak percaya dengan adanya Tuhan, hari akhir dan lainnya. Hanya saja, ada penafsiran lain yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.