Renovasi Setiap Tahun
Karena bahan dasarnya terbuat dari lumpur, maka bisa dipastikan bangunannya tidak akan bertahan lama.
Untuk mengatasinya, maka pada saat musim panas, masjid tersebut dirawat atau diperbaiki ulang setiap tahunnya dengan pengawasan yang melibatkan 80 ahli bangunan senior.
Saat renovasi dan perbaikan berlangsung, kegiatan itu menjadi festival menarik bagi warga Djenne. Apa pasal? Sebab, banyak warga yang terlibat dalam pekerjaan mempersiapkan banco (campuran lumpur dengan gabah) untuk acara itu.
Menurut para pengunjung yang menyaksikan di tahun 1987, acara itu bisa dikatakan upacara masyarakat dengan banyak pengunjung. Karena keunikan dan banyaknya orang ‘bermandi lumpur’ itu, maka banyak orang tertawa dan akhirnya menjadi semacam festival setiap tahun.
Berikut adalah penuturan seorang turis tahun 1987 yang dikutip di situs Sacred Sites. "Setiap musim panas masjid agung diplester ulang. Itu menjadi festival yang menarik, riuh, kacau, menyenangkan, namun juga penuh kehati-hatian. Selama beberapa minggu lumpur dituangkan. Ember-ember penuh dengan larutan kental diaduk dan diratakan dengan kaki telanjang anak-anak lelaki.”
“Lalu malam sebelum memplester, muncul pertunjukan jalanan penuh nyanyian, tetabuhan drum, siulan flute. Tak lama tiupan pluit keras terdengar tiga kali berturut. Masuk tiupan keempat, ratusan suara bergema dan bergalon-galon lumpur dituangkan.”
“Saat fajar proses pemlesteran sesungguhnya telah berjalan. Kerumunan wanita dengan ember berisi air di atas kepala mendekati masjid. Tim yang lain membawa lumpur. Orang-orang berkomunikasi dengan yang lain sambil berteriak di area persegi raksasa itu sambil mengoles dan bekerja. Kerja dan bermain menjadi satu, anak-anak muda di mana-mana, membuat kue dari lumpur dari kepala hingga ibu jari.”