REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Badai yang dinamai "Kai-Tak" yang melanda sebagian Filipina sejak beberapa hari ini memicu peningkatan suhu udara di Indonesia hingga di atas normal.
Analis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Riau, Aristya Ardhitama di Pekanbaru, Rabu, mengatakan, suhu udara di Indonesia dan Sumatera terasa panas dengan temperatur maksimum 34 derajat Celsius. Hal itu kata dia, kemungkinan disebabkan badai itu yang memberi dampak hingga ke Indonesia, termasuk Riau.
"Badai 'Kai-Tak' merupakan sebutan baru untuk badai baru yang melanda Filipina," katanya.
Ia menjelaskan, badai tersebut mulai muncul pada Senin (13/8) sekitar pukul 19.00 WIB dan langsung memberikan dampak yang signifikan bagi negara itu. Badai "Kai-Tak" juga menyebabkan angin mengarah ke wilayah pusat badai. Alhasil, awan-awan yang seharusnya menghalangi cahaya matahari turut tersedot, katanya.
Akibatnya, demikian Ardhitama, selain di wilayah Indonesia akan minim hujan, sinar matahari juga tidak lagi terhalang oleh awan-awan yang pada akhirnya menyebabkan suhu udara panas.
Memang, lanjutnya, dampak badai itu tidak akan begitu signifikan, atau hanya berpotensi menimbulkan kekeringan di sebagian wilayah Tanah Air.
"Namun apabila badai bergeser hingga melewati daratan Filipina, dan mendekati Indonesia, dampaknya akan lebih parah," katanya.
Untuk saat ini, kata Ardhitama, efeknya yakni daratan akan semakin kering, dan potensi kebakaran hutan atau lahan akan semakin besar. Selain panas, kata dia, badai itu juga berdampak pada tingginya gelombang untuk wilayah perairan Natuna dan Laut Cina Selatan.