REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM---Lebih dari 400 orang Israel telah menandatangani petisi daring yang disiarkan Rabu (15/8), guna menyeru pilot Angkatan Udara Israel (IAF) agar menolak untuk mematuhi perintah kalau mereka diinstruksikan untuk menyerang Iran.
Di antara penandatangan petisi itu terdapat beberapa profesor, kepala kelompok hak asasi manusia dan penulis novel serta masyarakat umum, demikian laporan di jejaring Times of Israel.
Petisi tersebut, yang diusulkan di tengah peningkatan pembicaraan mengenai perang melawan Iran oleh para pejabat Israel, menyatakan bahwa menyerang Iran akan membahayakan Israel dan pilot bisa tertangkap.
"Kami mendekati anda karena keprihatinan yang mendalam mengenai situasi yang dihadapi Israel dengan Iran," demikian antara lain isi petisi itu. "Kami tidak tahu nama kalian," katanya, "tapi kami mengetahui pada saat ini, nasib kita, dan masa depan, terletak di tangan kalian."
Para penandatangan petisi tersebut mengatakan perintah untuk menyerang Iran mungkin muncul "dalam waktu beberapa pekan", dan oleh karena itu menyebut permintaan mereka "mendesak".
"Perintah menentukan yang akan muncul ini dapat dikeluarkan dalam waktu sangat dekat. Kalian selalu memiliki pilihan untuk mengatakan tidak," katanya.
Petisi tersebut mengakui kemungkinan di tubuh militer Israel jika perintah tersebut ditolak tapi berkeras itu adalah kasus pengecualian.
Para penulisnya juga mengangkat alasan untuk tidak menyerang Iran, seperti potensi pembalasan terhadap berbagai kota besar israel, kemungkinan serangan nuklir, keruntuhan ekonomi, dan kekhawatiran pilot Israel diculik.
Prof. Menachem Mautner, mantan dekan fakultas hukum di Tel Aviv University, menandatangani petisi itu dan mengatakan ia khawatir mengenai serangan sepihak tanpa dukungan AS.
"Saya bersedia menandatangani apa saja yang dapat mengubah bencana terbesar yang dihadapi Israel sejak negara ini didirikan," kata Mautner kepada surat kabar Makor Rishon.