REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bagi Ustaz Salim A. Fillah, berdakwah dan memberikan tausiah kepada Muslim Indonesia yang menetap di Inggris, memiliki kesan mendalam. Banyak pengalaman yang saya peroleh selama mengisi tausiah di berbagai daerah di Inggris, kata Ustaz Salim.
Pada Selasa (14/8) waktu setempat, ia mengisi ceramah Ramadhan di Indonesia Islamic Centre, Colindale, London. Kehadiran ustaz Salim A Fillah di Inggris atas undangan pengurus Pengajian Masyarakat Indonesia London Raya-KBRI mengisi ceramah selama Ramadhan di KBRI London dan di kelompok pengajian lokality di Inggris termasuk di Belfast, Birmingham, Aberdeen, Edinburgh, Newcastle, Derby, Nottingham, dan Manchester.
Koordinator Pengajian Masyarakat Indonesia London dan sekitarnya T.A Fauzi Soelaiman mengatakan pengajian biasanya dilakukan setiap bulan. Khusus selama Ramadhan diselenggarakan setiap pekan.
Dikatakannya tujuan utama membina silaturahim antara warga Indonesia di London dan sekitarnya. Selain itu tentu saja memperoleh siraman rohani secara berkala. Dan tahun ini Ustaz Salim A Fillah.
Ustaz Salim mengakui baru pertama kali mengisi pengajian di bulan suci Ramadhan di musim panas. Ia pun sudah diwanti wanti sebelum datang ke Inggris. "Saya telah diwanti-wanti tentang puasa musim panas ini. Subuh di London jatuh pukul 03.05 BST (British Summer Time= GMT + 1) dan Maghrib pukul 21.50 BST," ujar penulis buku 'Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan' dan 'Agar Bidadari Cemburu Padamu' itu.
Meskipun usianya masih terbilang muda, ustaz Salim dengan mudah berbagi ilmu dengan anggota pengajian masyarakat Indonesia yang berada di Kerajaan Inggris Raya. Ia terlihat santai mengisi pengajian ibu ibu yang digelar setiap Rabu di Indonesia Islamic Centre, Colindale, London.
Ketua Muslimat NU UK, Anna Pasin mengakui dirinya sangat kagum dengan Ustaz Salim yang begitu muda usia, tapi memiliki ilmu yang mendalam, Ia berharap Ustaz Salim bisa mengisi pengajian di London di masa mendatang.
Ustaz Salim menjelaskan menjadi muslim di Inggris agaknya jauh lebih patut disyukuri ketimbang tinggal di bagian benua lain. Sejarah panjang multikultur negeri ini membantu masyarakatnya lebih toleran ketimbang di Eropa daratan yang mempermasalahkan cadar, menara masjid, imigran muslim.
Menurut Ustaz Salim, komunitas India Pakistan, Bangladesh (IPB) kian banyak mewarnai wajah rakyat Inggris. Komunitas muslim lain jauh lebih beragam seperti dari Malaysia, Nigeria, Somalia, Turki, Arab, dan Indonesia.
Ia mengaku senang karena cukup mudah menemukan masjid, makanan halal dan lembaga kegiatan keislaman yang akan menjadi oase sejuk. Bukan hanya di London, juga kota lain seperti Belfast, Birmingham, Aberdeen, Edinburgh, Newcastle, Derby, Nottingham, dan Manchester, Koordinator Program, serta Relawan Masjid Indonesia.
Dikatakannya soal puasa, Allah berfirman menghendaki kemudahan bagi hamba-Nya, bukan kesukaran bagi mereka. "Menakar puasa di Inggris dengan rasa puasa di Jogja tidaklah pada tempatnya," ujarnya.
Sebab, kata 'musim panas' di sini berarti mentari cerah menyapa, tapi suhu tetap berkisar 10-20 derajat celsius di siang hari. Apalagi saat ia mengisi pengajian di Belfast, kota di Northern Ireland, sejam penerbangan dari London, mentari lembut sekali hanya 7-17 derajat.
Komunitas Muslim Indonesia di London sudah memiliki pusat kegiatan di Indonesian Islamic Center, Colindale. "Ada semangat besar untuk kelak memiliki sebuah masjid yang lebih representatif, dan terbuka bagi semua kalangan muslim untuk mempercepat dinamika dakwah," ujar Pengasuh Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu itu.