REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-67 tidak hanya dilalui dengan sekadar seremonial belaka, melainkan juga lontaran kritik. Pasalnya, meski Indonesia telah lama merdeka, tetapi hingga kini banyak yang menganggap kondisi Republik ini sedang sakit.
Itu lantaran banyak tokoh politik nasional maupun daerah telah keluar dari visi kebangsaan dalam menjalankan roda pemerintahannya.
"Kini, Republik sedang sakit, karena dikendalikan oleh para tokoh dan partai politik yang jauh dari visi globalnya yang mampu menempatkan Indonesia secara bermartabat dan berwibawa dalam percaturan internasional. Indonesia belum berjaya," kata Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Addin Jauharudin di Jakarta, Jumat (17/8).
Addin menjelaskan, sejak era kepemimpinan Soekarno hingga pemerintahan Gus Dur, setidaknya terlihat mereka telah menjalankan pembangunan nasional yang penuh dengan visi. Namun saat ini, visi tersebut telah jauh dari praktek kehidupan bangsa.
"Maka dibutuhkan dua hal untuk membuat bangsa ini maju dan juga berwibawa, yang mencakup kedaulatan secara teritorial, terdiri penguasaan energi, pangan, dan kemandirian ekonomi kerakyatan," ujarnya.
Addin mengatakan, bangsa ini akan terus terjebak dalam kubang masalah, sepanjang tidak ada kedaulatan dalam konstitusi. Karena itu, pemerintah harus meninjau ulang semua bentuk intervensi asing dalam konstitusi nasional kita dan regulasi serta kebijakan yang tidak prorakyat.