REPUBLIKA.CO.ID, Pada salah satu sisi Masjid Imam, terdapat bagian beton fondasi yang menjorok ke luar. Tingginya sekitar 25 cm.
Sepintas, beton itu adalah bagian dari fondasi biasa karena bentuknya mirip teras kecil. Ternyata, fungsinya lebih dari itu.
Bayangan beton itu memiliki fungsi astronomi yang masih tepat digunakan untuk menaksir shalat Zuhur.
Jika di sisi kanan beton masih terlihat bayangan, belum masuk waktu shalat Dzuhur. Orang akan mulai shalat tepat saat di bawah atau sekitar beton itu tak ada bayangan lagi. Bisa diartikan, matahari tegak lurus di atas beton.
Posisi Iran yang berada di area subtropis melahirkan ide tersendiri bagi para arsitek masjid pada masa itu. Mereka berupaya menciptakan sebuah teknologi tingkat tinggi yang tetap berdasarkan alam.
Iran memiliki musim salju dan musim panas. Maka, biasanya ada ruang bawah tanah dan lorong-lorong yang memanjang dari gerbang hingga ke tempat shalat utama.
Sehingga, jamaah bisa berlindung dari panas terik jika musim panas atau salju yang tingginya bisa mencapai 10 cm pada musim dingin. Ruang terbuka biasanya digunakan jamaah untuk shalat Jumat saat musim semi atau musim gugur.
Untuk membuat udara di dalam masjid tetap sejuk, dibuat tiang seperti menara yang cukup tinggi. Di bagian atas menara, terdapat lubang yang akan menangkap aliran angin dari luar ke bagian dalam. Maka, masjid pun tetap sejuk meski udara di luar amat panas.