REPUBLIKA.CO.ID, Tak heran, jika Khwarizmia pun menjadi tanah kelahiran para ilmuwan. Dari negeri itu telah muncul sederet ahli hadits, pakar hukum, dan ahli agama.
Salah satu ilmuwan terkemuka yang berasal dari Khwarizmia adalah Al-Khwarizmi (780 M-850 M), ahli matematika. Selain itu, Khwarizmia juga telah melahirkan ilmuwan pendiri tiga ilmu, Al-Biruni (973 M-1050 M).
Di wilayah itu telah lahir pula sastrawan terkemuka Abu Bakr Muhammad bin Al-Abbas Al-Khwarizmi (wafat 993 M).
Tokoh lainnya yang berasal dari Khwarizmia adalah Abu Abd Allah Muhammad bin Ahmad Al-Khwarizmi perintis penulis ensiklopedia sains. Salah satu karyanya yang terkenal adalah “Mafatih Al-Ulum” (Kunci Menuju Ilmu Pengetahuan).
Pada abad ke-11 M, di wilayah itu berdiri Kerajaan Khwarizmi. Memasuki awal abad ke-13 M, di bawah kekuasaan Shah Allh Al-Din Muhammad II, kerajaan itu menguasai seluruh kawasan Persia.
Sekitar tahun 1141 M, Yelu Dashi mengambil alih Khwarizmia. Negeri yang kaya raya dan makmur itu sempat diluluh-lantakan oleh bangsa Mongol yang dipimpin Jengis Khan dari tahun 1218 M hingga 1220 M.
Dengan kekuatan 200 ribu pasukan, Jengiskan membumihanguskan Khwarizmia. Kekuasaan bangsa Mongol di negeri itu berakhir pada pertengahan abad ke-13 M. Khwarizmia meraih kebebasan dari penjajahan Mongol di bawah Dinasti Sufiyah.
Wilayah itu pun terbagi menjadi dua antara White Horde dan Jagatai Khanate. Ibukota Khwarizmia, Old Urgench pun kembali dibangun dan terus berubah menjadi pusat perdagangan terbesar dan paling penting di Asia Tengah.