REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Banjarnegara, Jawa Tengah, Warsinem (33 tahun) dilaporkan hilang di Arab Saudi sejak tujuh tahun silam. "Anak saya sudah tujuh tahun tidak ada kabar beritanya," kata ibunda Warsinem, Salinem (67) kepada wartawan di Banjarnegara, Senin (20/8).
Menurut dia, Warsinem berangkat menjadi TKW pada tahun 1993 atau beberapa bulan setelah menikah dengan Suhadi. Dia diberangkatkan oleh Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) PT Amri Brothers, Jakarta. Sementara suami Warsinem, Suhadi bekerja pada sebuah perusahaan automotif di Jakarta, namun setahun kemudian meninggal dunia.
Saat hendak berangkat ke Arab Saudi, Warsinem berpamitan kepada ibundanya jika keberangkatannya menjadi TKW. Salinem mengatakan bahwa Warsinem dalam beberapa tahun pertama sering berkomunikasi dengan keluarganya di Desa Derik RT 04 RW 03, Kecamatan Susukan, Banjarnegara.
Selain itu, Warsinem juga pernah tiga kali mengirim uang untuk keluarganya, yakni sebesar Rp 1,5 juta pada tahun 1996, Rp 800 ribu pada tahun 1997, dan Rp 6,3 juta pada tahun 2003. "Warsinem tidak pernah menyebutkan dengan jelas alamat majikannya karena dalam surat hanya tertulis Radhi Ali Husen Al Atiyah, PO Box 30131 Alhasa, Ashakeeka 3192 KSA. Dia pernah mengatakan bahwa majikannya bekerja sebagai polisi negara dan memiliki empat anak," katanya.
Menurut dia, Warsinem terakhir berkirim surat pada tanggal 30 Mei 2005. Namun, surat itu dialamatkan kepada bibinya di Desa Karangjati yang berdekatan dengan Desa Derik. "Biasanya surat-surat Warsinem langsung dialamatkan kepada saya. Namun, surat itu justru ditujukan kepada bibinya, Darsem yang tinggal di Karangjati," katanya.
Dalam surat itu, Warsinem mengaku sering mendapat perlakuan kasar dari majikan dan anaknya. Dia juga mengaku jika baru sembuh setelah dirawat selama empat bulan di rumah sakit, sehingga belum bisa kirim uang untuk keluarganya. Warsinem berpesan kepada Darsem agar penderitaan yang dialaminya tidak diceritakan kepada ibundanya.
"Darsem sempat menelepon Warsinem. Dia juga menceritakan penderitaan yang dialaminya kepada bibinya ini," kata Salinem. Akan tetapi, kata dia, beberapa bulan kemudian, nomor telepon tersebut tidak bisa dihubungi kembali sehingga komunikasi dengan Warsinem terputus total hingga sekarang.