REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kepala Polda Sulawesi Tengah, Brigjen Pol Dewa Parsana, mengatakan pihaknya terus berupaya menghentikan pertikaian antarwarga di Sigi. Namun ia mengaku, upaya itu akan terbantu dengan melibatkan sejumlah tokoh masyarakat.
Dewa Parsana di Sigi, Senin, mengatakan konflik antarwarga itu lebih tepat diselesaikan oleh tokoh adat atau kepala desa yang mengerti kondisi warganya. "Polisi hanya bertugas mengamankan dan memberikan fasilitas," katanya.
Dia juga berharap bentrok tidak meluas dengan mengatasnamakan suku atau agama tertentu. Warga di Kecamatan terdiri dari suku Kaili namun terdiri dari subetnis yang memiliki bahasa berbeda.
Saat ini bentrok sudah melibatkan warga dari lima desa berbeda, padahal awalnya hanya melibatkan dua desa bertetangga yakni Padende dan Binangga. Bentrok bermula dari seorang warga yang dihadang saat melintas di Desa Beka. Korban penghadangan kemudian melapor ke rekannya, dan terjadilah bentrokan.
Bentrok telah menimbulkan seorang korban tewas, dan sejumlah rumah terbakar. Warga yang terlibat bentrok mempersenjatai diri dengan tombak, parang, panah, bom molotov, dan senjata api rakitan.
Dewa Parsana juga mengimbau kepada masyarakat untuk tenang dan tidak terpancing emosi agar tidak menjadi korban bentrok. Dia juga meminta masyarakat untuk masuk ke dalam rumah masing-masing karena situasi sudah kondusif.
Saat ini sekitar 300 personel polisi dan TNI masih bersiaga di titik-titik tertentu yang diduga bisa terjadi konflik. Lokasi bentrok sendiri hanya berjarak ratusan meter dari Polsek Marawola dan Koramil Marawola.