REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Presiden Ekuador Rafael Correa telah mendukung kecemasan Assange bahwa ia dalam risiko dikirim ke AS untuk hukuman atas penayangan sejumlah dokumen rahasia diplomatik dan militer di WikiLeaks pada 2010.
Dalam pidatonya di balkon Kedutaan Besar Ekuador di London, pada Ahad (19/8) lalu, Assange menyeru AS untuk mengakhiri 'perburuan tukang sihir' terhadap dirinya. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Correa atas 'keberanian yang ia tampilkan."
Correa kini menjadi sangat populer setelah keputusannnya memberikan suaka kepada Assange. Ia juga mendapat dukungan besar atas sikapnya terhadap pendiri WikiLeaks tersebut.
Ia dipotretkan bersebrangan dari London, simbol prinsip perjuangan negara kecil melawan 'kekuatan kolonial'
Presiden Correa, 49 tahun, berkuasa sejak 2007 dan diapresiasi luas oleh rakyatnya atas anggaran besar untuk infrastruktur publik, yakni jalan, rumah sakit dan sekola-sekolah. Ia akan tampil lagi dalam pemilu pada Februari 2013.
Ekuador telah menyatakan bila kondisi mendesak, negaranya kemungkinan membawa kasus Assange ke Pengadilan Internasional. Namun, pertama-tama negara itu masih menyatakan akan mencoba meyakinkan Inggris agar membolehkan Assange pergi dan memberi pendiri WikiLeaks itu jaminan bahwa ia tak diekstradisi ke AS.
"Kami adalah negara-negara dengan pemerintah yang bertanggung jawab yang bisa bernegosiasi secara langsung terhadap masalah ini. Kami selalu terbuka untuk berunding dengan Inggris dan Swedia," ujar Correa kepada televisi negara, Senin (21/8).