REPUBLIKA.CO.ID, DERA ISMAIL KHAN -- Muslim Pakistan di Waziristan Selatan, tidak bisa menikmati suasana Idul Fitri 1433 H dengan tenang bersama keluarga dan sanak saudara. Mereka dipaksa mengungsi oleh pemerintah guna pelaksanaan operasi militer terhadap kelompok Taliban.
Warga Laddah, Irfan Mehsud, mengatakan tidak ada yang lebih menyakitkan ketimbang merayakan kebahagiaan Idul Fitri jauh dari rumah. Ini ketiga kali bagi Irfan merayakan Idul Fitri jauh dari rumah.
Sekitar 300 ribu warga Waziristan Selatan mengungsi. Sebagian besar pengungsi Waziris lebih memilih tinggal dengan kerabat mereka di seluruh negeri, sedangkan kalangan mampu memilih untuk menyewa rumah di daerah yang berbeda.
"Kami merasa canggung menjadi beban keluarga," papar dia seperti dikutip onislam.net, Rabu (22/8). "Kami akan menagih janji pemerintah untuk kembali ke rumah kami," ketus Irfan.
Setelah tiga tahun operasi militer, pasukan keamanan sejauh ini menyatakan hanya satu kota Sararogha, yang berhasil direbut dari Taliban. Semenatra, kota lain seperti Makeen, Tiarza, Laddah, Shawal dan Sarwakai masih berada dalam kendali Taliban.
Keuangan Kritis
Para pengungsi memperlihatkan kebahagiaan mereka. Tapi dibalik itu, mereka sebenarnya enggan merayakan Idul Fitri jauh dari rumah. "Kembali kami mendapatkan jaminan, semoga kami dapat merayakan Idul Adha di rumah," ungkap Zafarullah, seorang sekuriti perusahaan swasta.
Mereka merasa berat hati untuk mengungsi lantaran sebagian dari pengungsi mengalami krisis keuangan serius. Di lebaran tahun ini, Zafarullah hanya mampu membeli pakaian dan sepatu untuk dirinya sendiri. Dengan penghasilan 8 ribu Rupee Pakistan (85 Dolar AS) per bulan, sulit baginya membelikan pakaian dan sepatu baru bagi anak-anaknya.
"Sebenarnya saya memiliki tanah pertanian, tapi hingga ini belum ada kompensasi apapun," kata dia.
Irfan Barki, seorang wartawan lokal yang juga telah mengungsi ke Tank, distrik sebelah Waziristan Selatan, mengatakan mayoritas Waziris pengungsi menghadapi kendala keuangan akut. "Hampir 95 persen dari pengungsi tidak memilih untuk tinggal di kamp-kamp pengungsi karena ego mereka, sehingga sulit bagi instansi pemerintah untuk menyimpan catatan mereka dan tahu tentang masalah mereka," katanya.
Menurut Irfan, jika pemerintah serius dan tulus, maka mayoritas pengungsi Waziristan akan mampu membeli baju dan sepatu baru kepada anak-anak mereka jelang Idul Fitri.
Sementara itu, pengungsi Waziristan masih menyimpan harapan untuk masa depan yang lebih baik. "Saya memiliki keyakinan yang kuat bahwa ketika hari-hari baik akan datang. Saya akan terus menunggu hari baik itu," kata dia.