Rabu 22 Aug 2012 14:20 WIB

Tren Belanja Berubah, Permintaan Produk Tekstil tak Naik Signifikan

Rep: Dwi Murdianingsih/ Red: Hazliansyah
Pabrik tekstil, ilustrasi
Foto: Republika
Pabrik tekstil, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada perubahan tren yang terjadi di masyarakat dalam menyambut lebaran. Kini, membeli baju baru saat lebaran tak lagi menjadi hal yang wajib.

Ketua Asosiasi pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, menuturkan kenaikan permintaan tektil dan produk tekstil di lebaran kali ini hanya berkisar 3-4 persen . Padahal, pada era tahun-tahun 1970-1990an kenaikan permintaan jelang lebaran bisa mencapai 20 persen.

"Sejak tahun 2000 kesini, tren berubah. Tak perlu nunggu lebaran untuk beli baju,” ujar diasaat dihubungi, Rabu (22/8).

Kenaikan permintaan yang tidak signifikan ini, menurut Ade, membuat para importir ‘kecele’. Seiring dengan naiknya pendapatan masyarakat dan perubahan budaya, kini mereka bisa membeli baju setiap saat.

Perubahan gaya hidup masyarakat ini, sudah bisa dibaca oleh para pelaku industri tekstil sebenarnya. Ade mencontohkan, pada era 1970 an lalu, pedagang sarung bisa berjualan setiap saat. Namun, menjelang tahun 2000 mereka biasa mendapatkan untung besar hanya dua kali dalam setahun.

Tahun-tahun berikutnya, mereka malah hanya bisa mendapatkan untung pada periode satu kali dalam setahun. “Sekarang berubah. Orang ke masjid tak harus pakai sarung. Sekarang cukup memakai celana,”ujar Ade.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement