REPUBLIKA.CO.ID,MALAKA--Rencana pembangunan Masjid Muslim Cina Malaka mendapat banyak kritikan masyarakat Malaysia. Keberadaan masjid berbasis etnis ini dianggap mengancam persatuan umat Islam di Malaysia.
Merespon kritikan itu, Asosiasi Muslim Cina Malaka (Pertim), Selasa (21/8) kemarin, memastikan masjid Muslim Cina Malaka merupakan representasi dari seluruh elemen di Malaysia.
"Perlu anda ketahui, Muslim etnis India di Kuala Lumpur menggunakan bahasa Tamil dalam khutbah mereka, lalu Muslim etnis Cina di Kelantan dan Perak menggunakan bahasa Mandarin, tetapi masyarakat lain juga bisa shalat di sana," papar Presiden Pertim Mohd Mansor Yap Abdullah seperti dikutip bikyamasr.com, Rabu (22/8).
Abdullah mengatakan bahasa yang digunakan atau nama masjid hanya mencerminkan identitas dari satu komunitas. Yang lebih penting dari itu adalah niatan individu melaksanakan shalat. "Kami akan mengajukan perizinan menggunakan bahasa Mandarin dalam khutbah. Mengapa Mandarin, karena kami memfasilitas Muslim etnis Cina berpopulasi 3.8 ribu jiwa di Malaka," papar dia.
Abdullah mengatakan asosiasi akan mempertimbangkan memasang layar untuk menampilkan terjemahan Bahasa Melayu ketika khutbah disampaikan dalam bahasa Mandarin guna kepentingan jamaah lainnya.
Pembangunan Masjid Muslim Cina Malaka dimulai pada akhir bulan ini, dan selesai awal 2014.
Masjid Muslim Cina pertama di Malaka dan ketiga di Malaysia ini akan menampilkan gaya arsitektur Cina dan Melayu dengan dua kubah, menara besar, dan dua lengkungan atap berlapis.