REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penembakan dan penganiayaan yang menimpa empat orang karyawan perusahaan kontraktor PT Putra Dewa di Papua dilatarbelakangi motif ekonomi.
Hal tersebut disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, Rabu (22/8).
"Para pelaku mengambil telepon genggam milik korban, sejumlah uang dan makanan," ujar Boy saat ditemui di Mabes Polri. Ia menambahkan, pelaku penyerangan berjumlah antara empat hingga enam orang.
Menurut Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri, Komisaris Besar Polisi Agus Rianto, kejadian bermula saat sekelompok orang tidak dikenal mengetuk pintu kamp karyawan perusahaan kontraktor tersebut.
Namun, saat dibukakan pintu mereka langsung menyerang dengan senjata tajam dan senjata api. Peristiwa terjadi di Kampung Watiyai Distrik Tigi Timur Kabupaten Deiyai, Papua pada Senin (20/8) sekitar pukul 21.00 WIT. Akibatnya dua orang karyawan meninggal dunia di tempat.
Kejadian tersebut hanya berselang satu hari dari penembakan seorang personel Sabhara di Enarotali, Kabupaten Paniai, tidak jauh dari Bandara Enarotali. Korban tewas adalah Brigpol Yohan Kisiwaitouw.
Saat itu, Yohan tengah berpatroli di sekitar bandara. Korban mengalami luka di kepala belakang dan punggung kiri hingga tembus ke dada. "Peluru belum bisa dipastikan karena kondisinya sudah rusak," ujar Agus.
Menurutnya, perlu dilakukan penelusuran mendalam untuk mengetahui jenis senjata yang digunakan pelaku, apakah rakitan atau organik. Pelaku kabur dengan menggunakan speed boat. Pelaku diduga anggota Organisasi Papua Merdeka.